Ringkasan Perdagangan 11 Desember: IHSG & Rupiah Melemah, Harga Emas Naik

Bisnis.com,11 Des 2019, 20:56 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Bursa Efek Indonesia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan kompak melanjutkan pelemahannya bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pergerakan pasar saham dan mata uang global pada umumnya menantikan pengumuman keputusan bank sentral Federal Reserve AS dan perkembangan pembicaraan dagang AS-China menjelang batas waktu pengenaan tarif impor baru pada 15 Desember.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Rabu (11/12/2019):

IHSG Ditutup Turun Tipis, ASII dan CPIN Penekan Utama

Pergerakan IHSG ditutup turun tipis 0,06 persen atau 3,41 poin di level 6.180,1. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.171,93 – 6.204,6.

Lima dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin aneka industri (-0,97 persen) dan pertanian (-0,86 persen). Empat sektor lainnya ditutup di zona hijau, dipimpin tambang (+0,88 persen).

Dari 668 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 174 saham menguat, 223 saham melemah, dan 271 saham stagnan.

Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk. (CPIN) yang masing-masing turun 1,50 persen dan 2,82 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan.

Menanti FOMC Desember, Rupiah Terdepresiasi

Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Rabu (11/12/2019) bersama dengan mayoritas mata uang Asia lainnya seiring dengan pasar yang menanti pertemuan kebijakan moneter The Fed.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.038 per dolar AS, melemah 0,13% atau 18 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,1% menjadi 97,508.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pasar menanti pertemuan The Fed dan perkembangan perdagangan AS dan China sehingga pergerakan tampak lebih berhati-hati.

Jelang Pemilu Inggris, Pound Sterling Tertekan

Pound sterling jatuh dari level tertinggi delapan bulannya setelah sebuah jajak pendapat menunjukkan Partai Konservatif diprediksi memenangkan suara mayoritas lebih kecil daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (11/12/2019) hingga pukul 13.05 WIB, pound sterling bergerak melemah 0,17% menjadi US$1,3134 per pound sterling, setelah naik ke level US$1,3215 per pound sterling pada perdagangan sebelumnya, level tertinggi sejak 27 Maret.

Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2019 pound sterling berhasil bergerak menguat sebesar 3,19% terhadap dolar AS meskipun dibayangi oleh ketidakpastian keluarnya Inggris dari Benua Biru.

Rebound Pasar Berkembang Berpotensi Berlanjut Hingga 2020

Pasar negara berkembang (emerging market/EM) diprediksi memperpanjang rebound, 1 tahun lagi, setelah menambahkan US$11 triliun ke portofolio investor dalam 1 dekade terakhir.

Menurut survei Bloomberg terhadap 57 investor global, aset negara berkembang akan mengungguli rekan-rekan mereka di negara maju, dengan Asia memiliki prospek terbaik.

Total kekayaan dalam saham dan obligasi pasar negara berkembang kini melebihi US$25 triliun, lebih besar dari gabungan ekonomi AS dan Jerman.

Pergerakan Harga Emas

Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 terpantau naik tipis 0,90 poin atau 0,06 persen ke level US$1.469 per troy ounce pukul 15.51 WIB, saat indeks dolar AS menguat.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, menguat 0,12 persen atau 0,116 poin ke posisi 97,529.

Sebaliknya di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta naik Rp1.000 menjadi Rp744.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas sedikit bertambah Rp500 menjadi Rp658.500 per gram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini