Australia Pangkas Proyeksi Surplus Anggaran

Bisnis.com,16 Des 2019, 08:14 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Bank Sentral Australia/telegraph.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA – Data anggaran tengah tahun Australia menunjukkan kenyataan ekonomi mulai menekan keuangan pemerintah.

Dilansir Bloomberg, Departemen Keuangan Australia menurunkan perkiraan surplus anggaran 12 bulan hingga Juni 2020 menjadi A$5 miliar (US$3,4 miliar) dari estimasi bulan April sebesar A$7,1 miliar karena penurunan estimasi penerimaan pajak, menurut Outlook Fiskal dan Ekonomi Pertengahan Tahun (MYEFO) yang dirilis Senin (16/12/2019).

Departemen Keuangan juga juga memperkirakan surplus yang lebih sempit untuk tiga tahun fiskal berikutnya.

Menteri Keuangan Josh Frydenberg juga memangkas perkiraan untuk produk domestik bruto dan pertumbuhan upah tahun fiskal ini, meskipun ia menepis kekhawatiran tentang ekonomi yang melambat dan menolak permintaan untuk belanja tambahan guna mendukung pertumbuhan.

"Dengan anggaran kembali terkendali, strategi fiskal kami sekarang berfokus pada pembayaran utang Buruh dengan surplus berkelanjutan selama siklus," kata Frydenberg kepada wartawan setelah rilis data, seperti dikutip Bloomberg.

Jika Frydenberg berhasil mengembalikan neraca ke positif, ini akan menjadi yang pertama sejak sebelum krisis keuangan global 2008. Dengan berpegang pada buku pedoman tradisional pemerintah konservatif, ia melaju melawan gelombang seruan kebijakan fiskal yang lebih longgar di seluruh penjuru dunia.

Yang terbaru, pemerintah Selandia Baru dan Jepang mengumumkan program stimulus ekonominya.

Reserve Bank of Australia telah memangkas suku bunga tiga kali sejak Juni 2019 karena mencoba memacu pertumbuhan tenaga kerja dan investasi untuk menghidupkan kembali ekonomi yang melambat.

 “MYEFO mengkonfirmasikan bahwa campuran kebijakan ekonomi Australia yang sedikit condong masih ada, dan bahwa RBA terus memikul beban mengembalikan ekonomi ke pertumbuhan,” ungkap James McIntyre, ekonom Bloomberg.

“Saat prospek ekonomi yang menopang anggaran telah menjadi lebih realistis, prospek untuk tingkat pengangguran dan pertumbuhan upah masih membingungkan, dan sangat kontras dengan kenyataan upah rendah,” lanjutnya.

Perkiraan pertumbuhan upah yang diturunkan menjadi 2,5 persen pada tahun fiskal ini mungkin masih terlalu optimis. Proyeksi ini lebih tinggi daripada pertumbuhan upah tahunan sejak akhir 2014 dan di atas perkiraan bank sentral sebesar 2,3 persen.

Meskipun pertumbuhan PDB belum mencapai 2 persen tahun ini, anggaran telah didukung oleh harga komoditas yang telah bertahan jauh di atas perkiraan. Bijih besi diperkirakan menurun menuju US$55 per ton pada akhir Juni 2020, menurut rilis MYEFO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini