Bisnis.com, JAKARTA — Besaran kupon tetap menjadi pertimbangan utama bagi investor ritel dalam memilih instrumen investasi kendati pemerintah berencana memangkas frekuensi penerbitan Surat Berharga Negara ritel pada 2020.
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan frekuensi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tak akan memberikan dampak signifikan terhadap penggalangan dana. Menurutnya, investor ritel tetap berharap kupon yang tinggi meskipun tren penurunan suku bunga acuan bakal berlanjut hingga tahun depan.
Pemerintah diminta menemukan formula pas dari sisi kupon agar cukup menarik bagi investor, tetapi tetap terjangkau. Wawan menilai pemerintah setidaknya bisa menawarkan kupon sebesar 6-6,5 persen atau memiliki selisih hingga 100-150 basis poin (bps) jika dibandingkan dengan imbal hasil deposito yang diasumsikan sebesar 5 persen.