Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menahan suku bunga acuan 5,0% sembari menunggu dampak lanjutan dari sejumlah relaksasi sebelumnya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur Desember 2019, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun fungsi intermediasi perbankan terus menjadi perhatian.
Dia menjelaskan, stabilitas sistem keuangan terjaga tecermin dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan Oktober 2019 yang tinggi yakni 23,44%, dan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang tetap rendah yakni 2,73% (gross) atau 1,25% (net).
Dia mengakui bahwa pertumbuhan kredit masih melambat dari 7,89% (yoy) pada September 2019 menjadi 6,53% (yoy) pada Oktober 2019, terutama dipengaruhi oleh permintaan kredit korporasi yang belum kuat.
Beberapa faktor lain adalah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2019 tercatat sebesar 6,29% (yoy), masih menurun dibandingkan dengan pertumbuhan September 2019 sebesar 7,47% (yoy).
"Dengan mempertimbangkan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit perbankan 2019 diprakirakan sekitar 8% dan ditopang oleh pertumbuhan DPK juga sekitar 8%," kata Perry di Bank Indonesia, Kamis (19/12/2019).
Dia memerinci, kondisi perlambatan ini berkaitan dengan permintaan kredit dari dunia usaha yang belum kuat. Padahal, dari sisi pasokan sudah didukung dengan penurunan BI7DRR sebanyak empat kali dengan total 100 bps. Bank Indonesia juga menambahkan likuiditas dan relaksasi makroprudensial guna meningkatkan kapasitas kredit.
Pada 2020, Perry menargetkan pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK diprakirakan membaik masing-masing dalam kisaran 10%-12% dan 8%-10% sejalan dengan prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Perry menjelaskan ada empat faktor pemicu naiknya kredit tahun depan. Pertama, permintaan kredit diyakini akan meningkat sebab pertumbuhan ekonomi akan bergerak lebih tinggi, konsumsi pun naik, akibat transformasi ekonomi.
Kedua, suku bunga bank yang saat ini sedang dalam proses turun akan menemui titik final penurunan pada tahun depan. Hal ini terlibat dari PUAB dan JIBOR akan semakin turun menyesuaikan kebijakan BI pada tahun depan.
Ketiga, Bank Indonesia akan tetap meluncurkan bauran kebijakan yang akomodatif.
Keempat, dengan ketersediaan likuiditas tahun depan, pihak perbankan pasti akan siap menyalurkan lebih banyak kredit.
Ke depan, Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait sehingga dapat tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel