Tembaga Dibayangi Aksi Ambil Untung di Akhir 2019

Bisnis.com,31 Des 2019, 22:08 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Batang tembaga terlihat di pabrik kabel Truong Phu di provinsi Hai Duong utara, di luar Hanoi, Vietnam 11 Agustus 2017./REUTERS -Kham

Bisnis.com, JAKARTA — Tembaga tampaknya akan menutup perdagangan akhir tahun berada di level yang lebih rendah dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya dipicu oleh kecenderungan investor untuk mengambil untung di akhir tahun karena harga telah mengalami reli dalam beberapa perdagangan terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (31/12/2019) hingga pukul 20.30 WIB, harga tembaga di bursa London terkoreksi 0,55% menjadi US$6.182 per ton. Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan tembaga berhasil membukukan kinerja penguatan, yaitu naik sekitar 4%.

Ahli Strategi Komoditas Saxo Bank Ole Hansen mengatakan bahwa tembaga terkoreksi akibat investor melakukan aksi ambil untung pada perdagangan terakhir di 2019 seiring dengan harga yang telah menguat dalam beberapa perdagangan terakhir.

Tembaga berhasil membukukan peningkatan sebanyak 5,8% sepanjang Desember, didukung oleh optimisme perdagangan antara AS dan China yang dapat memulihkan perlambatan ekonomi global sehingga memicu naiknya permintaan.

“Kami telah melihat pasar menjadi lebih berminat terhadap aset berisiko di akhir tahun ini karena meredanya ketegangan hubungan dagang AS dan China,” ujar Ole seperti dikutip dari Reuters, Selasa (31/12/2019).

Adapun, pada pekan lalu China dan AS saling memberikan pernyataan bahwa kedua negara tersebut akan segera melakukan upacara resmi untuk menandatangani kesepakatan perdagangan tahap pertama.

Sentimen tersebut semakin menambahkan selera investor untuk mengumpulkan aset berisko, termasuk tembaga.

Di sisi lain, pada perdagangan akhir tahun ini tembaga tetap terkoreksi meskipun data indeks manufaktur China sebagai konsumen terbesar tembaga di dunia berhasil dirilis lebih baik daripada perkiraan pasar dan tren pelemahan dolar AS yang terjadi di akhir tahun.

Berdasarkan data pemerintah China, indeks manufaktur China terbaru berhasil dirilis di level 50,2, lebih baik dibandingkan dengan estimasi pasar sebesar 50,1.

Selain itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,33% menjadi 96,418.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini