BI : Uang Beredar November 2019 Tercatat Menguat

Bisnis.com,02 Jan 2020, 12:40 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia menyatakan uang beredar pada November 2019 tercatat mengalami peningkatan sesuai dengan perkiraan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Secara rinci, berdasarkan Laporan Uang Beredar November 2019 dari Bank Indonesia, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tercatat meningkat pada November 2019. Posisi M2 pada November 2019 tercatat Rp6.072,7 triliun atau tumbuh 7,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,3% (yoy).

“Akselerasi pertumbuhan M2 berasal dari peningkatan komponen uang beredar dalam arti sempit (M1),” tulis Bank Indonesia dalam laporannya yang dikutip Kamis (2/1/2020).

Adapun uang beredar dalam arti sempit (M1) menunjukkan peningkatan, dari 6,6% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 10,5% (yoy) pada November 2019, bersumber dari peningkatan uang kartal dan giro rupiah. Sementara itu, komponen uang kuasi dan surat berharga selain saham tumbuh melambat.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada November 2019 terutama disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih, ekspansi operasi keuangan pemerintah, serta akselerasi penyaluran kredit.

Sementara itu, pertumbuhan aktiva luar negeri bersih tercatat meningkat, dari 2,0% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 4,6% (yoy). Operasi keuangan pemerintah juga tercatat ekspansi sebesar 2,4% (yoy), berbalik arah dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -10,0% (yoy).

Ekspansi tersebut sejalan dengan peningkatan tagihan sistem moneter kepada Pemerintah Pusat yang diikuti dengan perlambatan kewajiban terhadap Pemerintah Pusat.

Selain itu, penyaluran kredit yang tumbuh meningkat, sebesar 7,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy), turut mendorong peningkatan uang beredar.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan pada Rapat Dewan Gubernur Desember 2019, uang beredar dipengaruhi oleh kebutuhan transaksi. Dia menilai pencatatan uang beredar yang melambat pada Oktober 2019 tidak menandakan permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi.

Menurutnya, uang yang digunakan untuk transaksi khususnya uang dalam arti sempit (M1), dipengaruhi oleh naik dan dan turunnya transaksi.

"Jadi akan wajar kalau saat Lebaran belanja banyak, uang beredar naik. Setelah Lebaran disetorkan kembali dan setelah Lebaran uang beredar turun, dan akhir tahun naik lagi sesuai pola," ungkap Perry.

Pada Oktober 2019, Bank Indonesia telah menyatakan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) begitu pula uang beredar dalam arti sempit keduanya sempat tumbuh melambat.

Dilansir dari laporan yang dirilis Bank Indonesia, Jumat (29/11/2019), posisi M2 pada Oktober 2019 tercatat Rp6.025,6 triliun atau tumbuh 6,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,1% (yoy).

Adapun perlambatan M2 berasal dari seluruh komponennya. Komponen uang kuasi melambat, dari 7,0% (yoy) pada September 2019 menjadi 6,1% (yoy), dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan simpanan berjangka, tabungan dan giro valuta asing (valas).

Uang beredar dalam arti sempit (M1) juga menunjukkan perlambatan, dari 6,9% (yoy) pada September 2019 menjadi 6,6% (yoy) pada Oktober 2019, terutama bersumber dari perlambatan giro rupiah.

Demikian juga surat berharga selain saham, melambat dari 39,1% (yoy) pada September 2019 menjadi 33,4% (yoy) pada bulan laporan. Sementara itu, uang kartal tumbuh meningkat, dari 4,0% (yoy) pada September 2019 menjadi 5,1% (yoy) pada Oktober 2019.

"Jadi kalau pertumbuhan ekonomi kisaran 5%, pertumbuhan uang beredar akan 6% sampai 7%. Tunggu kalau pertumbuhan ekonomi naik, maka uang yang diedarkan naik," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini