Bisnis.com, JAKARTA - PT Pool Advista Finance Tbk. menargetkan rasio kredit bermasalah (nonperforming financing/NPF) dapat turun dari 7,22% per September 2019 menjadi 3,77% pada akhir tahun lalu.
Direktur Pool Advista Finance Arfianto Wibowo menyatakan tingginya angka NPF pada tahun lalu disebabkan oleh lesunya bisnis properti yang merupakan sektor utama pembiayaan dari pihaknya.
"Masalah NPF, kami saat ini banyak membiayai developer yang membangun rumah subsidi. Kemarin dana subsidinya habis, jadi developer terkendala untuk pendanaan eksekusi rumahnya," ujar Arfianto dalam public expose insidentil di ruang seminar BEI Jakarta, Jumat (3/1/2019).
Menurut data perusahaan, emiten berkode saham POLA itu menyalurkan 27 persen dari total pembiayaan ke sektor properti, disusul 25 persen ke pembiayaan multi guna, dan 22 persen ke jasa dunia usaha lainnya. Sementara itu, pembiayaan syariah disalurkan ke sektor jasa dunia usaha lainnya mencapai 67 persen, dan sektor properti sebesar 33 persen.
Arfianto menjelaskan POLA biasa memberikan pembiayaan ke pengembang properti untuk bridging financing atau pembiayaan jangka pendek. Setelah mendapatkan pendanaan bank, pembiayaan dari POLA akan dilunasi.
Tahun lalu, sektor properti mengalami perlambatan sehingga berimbas pada bisnis perseroan, ditambah lagi berkurangnya penyaluran dana FLPP atau bantuan subsidi perumahan dari pemerintah.
Pihaknya berhadap rencana alokasi pendanaan FLPP senilai Rp11 triliun pada 2020, dapat terealisasi sehingga bisa mendorong tumbuhnya sektor properti, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Untuk pembiayaan ke sektor jasa dunia usaha lainnya, POLA menyalurkan pembiayaan ke rumah sakit. Namun, para debitur di sektor ini mengalami masalah okupansi dan tunggakan klaim BPJS Kesehatan.
"Saat ini kami sedang lakukan pendekatan, apakah mau lanjut pembiayaan atau diskusikan jaminannya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel