Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Sulselbar menerbitkan negotiable certificate of deposit (NCD) tanpa warkat pada akhir tahun lalu. Total dana yang terhimpun sebesar Rp250 miliar.
“NCD tanpa warkat Bank Sulselbar diterbitkan pada tanggal 20 Desember 2019,” kata Plt. Direktur Utama Bank Sulselbar Irmayanti Sulthan, mengutip keterbukaan informasi, Minggu (5/1/2020).
Berdasarkan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, NCD tersebut terbagi atas dua seri. Seri A memiliki nilai Rp160 miliar dengan jangka waktu kupon 179 hari dan tingkat diskonto 6,60 persen.
Total nilai Seri B Rp90 miiar dengan jangka waktu kupon 361 hari. Tingkat diskonto Seri B sebesar 6,97 persen. Masing-masing seri akan jatuh tempo pada 16 Juni 2020 dan 15 Desember 2020.
PT Indo Premier Sekuritas menjadi arranger dalam aksi korporasi tersebut. Sebanyak 7 bank, baik swasta, pelat merah, maupun pembangunan daerah menjadi pembeli NCD II Bank Sulselbar Tahun 2019.
Adapun per September 2019 bank mencatat performa positif dari segi penghimpunan dan penyaluran dana. Fungsi intermediasi bank tumbuh 16,21 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp17,04 triliun.
Pada periode yang sama dana pihak ketiga (DPK) bank naik 13,13 persen yoy menjadi Rp17,58 triliun. Dana murah, disokong oleh giro menjadi kunci pertumbuhan dana konvensional tersebut.
Kendati demikian, laju pertumbuhan kredit di atas DPK tersebut membuat likuiditas bank mengetat. Per kuartal III/2019, rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) bank naik 325 basis poin (bps) menjadi 97,47 persen.
Dari segi profitabilitas bank mencatat pertumbuhan satu digit. Laba bersih Bank Sulselbar per September 2019 sebesar Rp479,7 miliar atau naik 4,73 persen yoy.
Laba bersih pada periode itu tertahan oleh margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tergerus dan juga kenaikan biaya pencadangan akibat naiknya rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL).
Per September 2019, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) bank sebesar Rp998,8 miliar atau naik 6,02 persen yoy.
Beban bunga melambung 21,34 persen yoy menjadi Rp762,1 miliar. Pada sisi lain pendapatan bunga hanya tumbuh 12,10 persen yoy menjadi Rp1,8 triliun.
Pun biaya pencadangan bank naik lebih dari 3 kali lipat menjadi Rp123,0 miliar. Hal ini merupakan imbas naiknya rasio NPL kotor sebesar 74 basis poin (bps) menjadi 1,32 persen.
Sementara itu bank memiliki strategi untuk menggenjot pendapatan berbasis komisi. Terkait hal ini perseroan menggandeng PT Dompet Anak Bangsa selaku penyelenggara Gopay.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel