Antisipasi Dampak Konflik Global, Pelaku Industri Harus Persiapkan Diri

Bisnis.com,07 Jan 2020, 15:12 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
ilustrasi manufaktur./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri disarankan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dampak sentimen global sepanjang 2020 agar mampu merealisasikan pertumbuhan kinerja.

Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, menilai ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran pada awal tahun ini dapat menyebabkan peningkatan harga minyak dunia. Bila eskalasi konflik berlanjut, maka harga minyak bisa meningkat signifikan dan berdampak pada Indonesia yang masih mengimpor komoditas tersebut sebagai bahan baku industri.

Dia menilai bahwa kondisi itu akan menambah beban sektor manufaktur untuk mewujudkan target pertumbuhan, selain membebani APBN negara.

"Harga minyak sangat sensitif dengan kondisi geopolitik sehingga kalau sampai di atas US$100 per barel maka akan bahaya sekali bagi negara net importir seperti Indonesia. [Manufaktur] kita juga perlu dipersiapkan untuk menghadapi faktor eksternal itu," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/1/2020).

Faisal mengatakan sentimen lain akan datang dari pemilihan presiden Amerika Serikat. Menurutnya, selama ini kebijakan ekstrem dan sulit ditebak dari Donald Trump menimbulkan dampak masif pada ketidakpastian ekonomi global.

Bila kembali terpilih, maka ketidakpastian itu diyakini bakal berlanjut pada tahun ini. Menurutnya, saat ini kans Trump untuk memenangi kontestasi politik di Negeri Paman Sam masih terbilang besar.

"Jika [Trump] tidak menang, mungkin [ketidakpastian] bisa teredam dan optimisme muncul secara global."

Selain itu, Faisal juga mengatakan bahwa konflik Indonesia dengan China terkait perairan Natuna juga bisa berdampak pada upaya peningkatan manufaktur nasional. Pasalnya, China menjadi mitra dagang yang dominan bagi Indonesia.

Selain itu, aliran investasi dari China ke Indonesia terbilang besar dan diperkirakan bakal terus meningkat. "Jika konflik mengalami eskalasi, maka itu akan menganggu perdagangan dan investasi di Indonesia," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini