Banjir Jakarta : Ekonomi Diproyeksi Masih Aman, Perabot & Alat Elektronik Bakal Laku Keras

Bisnis.com,07 Jan 2020, 20:49 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia Kantor Perwakilan DKI Jakarta memprediksi perekonomian Jakarta masih akan tumbuh di kisaran 6% pada triwulan I/2020, walaupun Ibu Kota diterjang banjir pada awal tahun.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo mengungkapkan pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, serta investasi yang mulai positif seperti pembangunan kereta Moda Raya Terpadu (MRT) Fase II dan tol dalam kota.

Menurutnya, dampak banjir pada awal 2020 terhadap perekonomian Jakarta diperkirakan minimal, berdasarkan perhitungan historis bencana banjir pada beberapa tahun sebelumnya.

"Terjaganya pertumbuhan ekonomi di Jakarta juga ditopang oleh relatif terkendalinya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, yang memang secara serius mendapat perhatian dari Pemerintah DKI Jakarta, baik melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jakarta maupun berbagai macam program jaring pengaman sosial yang disediakan," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (7/1/2019).

Sebelumnya, BI DKI Jakarta memproyeksi bahwa produk domestik regional bruto (PDRB) DKI Jakarta bisa tumbuh mulai 5,8% sampai 6,24% pada triwulan I/2020.

Perincian, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,6% — 6,0%; konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) (-5,6)% — (-5,2)%; ekspor 9,8% — 10,2%; impor 2,2% — 2,6%; konsumsi pemerintah 6,5% — 6,9%; serta dan pembentukan modal tetap bruto atau investasi 1,8% — 2,2%.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah mengutarakan ancaman inflasi kebutuhan pokok diperkirakan tak terjadi di Ibu Kota, asalkan pemulihan kawasan pascabencana berlangsung cepat.

"Karena dalam keadaan bencana, walaupun barang tidak tersedia, permintaan masyarakat juga rendah. Masyarakat masih bisa survive dengan bantuan yang disediakan. Tapi, kalau sudah sampai seminggu banjir terus, memang bisa naik itu harga-harga," jelasnya kepada Bisnis pada Selasa (7/1/2019).

Menurutnya, kini pemerintah mesti mengantisipasi betul adanya kenaikan harga dari komoditas bahan makanan seperti bawang merah yang punya potensi besar terendam banjir atau longsor di beberapa wilayah produsen.

Terlebih lagi, stok bahan makanan seperti cabai dan bawang pun rawan membusuk ketika terendam saat keadaan cuaca hujan ekstrem. Sementara sektor perdagangan, baik ritel modern dan tradisional, banyak yang memilih tutup akibat paling banyak terdampak banjir Jakarta.

"Jadi, pemerintah [pusat dan daerah] harus memperhatikan stok. Kemudian daerah perkotaan seperti Jakarta yang bukan produsen, harus berkomunikasi secara intensif dengan daerah produsen yang jadi kerja sama, mereka bisa mencukupi permintaan atau tidak. Jalan terakhir, harus dipikirkan betul untuk terpaksa impor," tambahnya.

Rusli memprediksi masyarakat akan lebih banyak menabung, sehingga sisi konsumtif masyarakat akan sedikit tertekan dalam beberapa waktu mendatang. Sebagai gantinya, konsumsi akan didominasi oleh pemenuhan kebutuhan pokok dan perabot rumah tangga prioritas.

"Ketika banjir, perekonomian keluarga itu pasti terpuruk. Jadi, pada tahap awal ini, pasti masyarakat akan lebih menyasar kebutuhan primer dulu misalnya perbaikan rumah dan pakaian. Jadi, perabotan dan elektronik pengganti [sekunder, yang rusak terendam banjir] permintaannya tinggi paling 1 hingga 2 bulan lagi, atau bahkan lebih lama, menunggu punya uang dulu," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini