Bisnis.com, JAKARTA - Moody’s Investors Service menetapkan peringkat deposito jangka panjang baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Baa2. Peringkat tersebut tercatat stabil.
“Moody’s juga menetapkan Baseline Credit Assessment [BCA] dan BCA yang disesuaikan dari ba1,” demikian mengutip keterangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (13/1/2020).
Moody menjelaskan bahwa peringkat simpanan jangka panjang rupiah dan valuta asing BTN dua tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan peringkat BCA. Pasalnya Moody memperhitungkan terhadap kemungkinan dukungan dari pemerintah terkait dengan kemampuan BTN memenuhi kewajiban jangka pendek.
Asumsi tersebut berdasarkan kepemilikan pemerintah Indonesia sebesar 60% di emiten berkode BBTN. Selain itu risiko sistemik yang dimiliki bank sebagi salah satu bank terbesar di Indonesia terkait dengan portofolio deposito.
Sementara itu, peringkat BCA bank memperhitungkan BTN sebagai penguasa 40% pasar pembiayaan rumah subsidi. Bank juga menerima dukungan pendanaan dari entitas terkait dengan pemerintah.
BCA juga menggabungkan ekspektasi Moody bahwa kualitas aset BTN akan tetap berada di bawah tekanan. Namun profitabilitas dan permodalan bank akan pulih secara moderat sepanjang 12--18 bulan ke depan.
“Biaya pendanaan bank juga akan menurun setelah bank sentral mengurangi persyaratan cadangan dan tingkat kebijakan, serta mengikuti pelonggaran kondisi likuiditas,” mengutip keterangan resmi Moody’s.
Moody's akan meningkatkan peringkat BCA bank apabila ada perbaikan berkelanjutan dalam kualitas aset. Hal ini khususnya terkait dengan kredit perumahan nonsubsidi dan pinjaman konstruksi.
Selain itu, Moody's dapat menurunkan peringkat BCA jika kualitas aset bank semakin memburuk. Penurunan lebih lanjut dalam kapitalisasi juga dapat memberikan tekanan.
Adapun per September 2019, BTN membukukan perolehan laba senilai Rp801 miliar, turun 42,5% secara tahunan (year-on-year/yoy). Komponen penekan utama adalah cadangan keruginan penurunan nilai (CKPN) yang naik 21,34% yoy. Secara rasio, CKPN perseroan naik ke level 52,67% pada September 2019 dari 38,58% pada bulan yang sama tahun lalu.
Bank harus mengkerek naik pencadangan karena kualitas aset yang menurun. Pada periode itu rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) kotor BTN tercatat 3,54%, naik dari periode yang sama tahun lalu, yakni 3,17%. Begitu pula dengan NPL bersih naik dari 1,99% menjadi 2,33%.
Di luar itu semua, pendapatan bunga BTN masih naik karena kemampuan peyaluran kredit yang masih mumpuni. Pendapatan bunga naik 17,97% yoy menjadi Rp19,32 triliun. Perolehan tersebut merupakan dampak positif dari penyaluran kredit perseroan yang naik 16,75% yoy menjadi Rp256,93 triliun pada paruh ketiga tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel