Ini Prediksi Cuaca di Indonesia Sepanjang 2020

Bisnis.com,14 Jan 2020, 10:20 WIB
Penulis: Desyinta Nuraini
Awan gelap menyelimuti langit di salah satu kawasan di Jakarta, Rabu (11/12/2019). /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Cuaca di Indonesia pada tahun ini diprediksi kembali normal dan tidak seperti 2019 yang mengalami kemarau cukup panjang.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan sebagian besar ahli metrologi dunia memprediksi suhu di Samudera Pasifik dikategorikan netral. Tidak ada migrasi uap air dari Samudera Pasifik ke Indonesia maupun sebaliknya.

"Kami memprediksi 2020, iklim kita normal. Ketika musim hujan, sama dengan normal. Kemarau juga sama, normal," ujarnya, Senin (13/1/2020).

Secara rinci, pada Januari-Maret, sebagian besar Indonesia mendapat curah hujan antara menengah sampai dengan sangat tinggi. Adapun curah hujan paling tinggi pada periode ini terjadi di Papua dan Pulau Jawa. 

Herizal menuturkan terdapat keunikan pada daerah pantai timur Pulau Sumatra mulai dari Aceh, Sumatra Utara, sampai Riau. Di daerah tersebut curah hujan berkurang. 

"Bahkan di Riau mencapai level kemarau 1. Beberapa tempat di Sumut juga waspada masalah kekeringan terutama di daerah rawan karhutla," bebernya. 

Kemudian pada April-Mei, sebagian besar wilayah Indonesia masih mendapatkan curah hujan dari level menengah sampai tinggi. Akan tetapi, di NTT dan NTB curah hujan mulai rendah sampai level menengah. Beberapa tempat di wilayah tersebut masuk kemarau

Pada Mei-Juni, khususnya Mei mulai masuk musim kemarau dan luas daerah yang terdampak diprediksi bertambah. Yaitu dari sebelumnya di NTT dan NTB, kemarau merambah daerah Bali, Jawa Timur. Papua bagian selatan,  Sumatra, Riau sampai dengan Jambi, bahkan memasuki musim kemarau tahap 2. 

Sementara pada Oktober-Desember sudah masuk kembali ke musim hujan. "Beberapa tempat di Jatim, NTT dan NTB kemarau," imbuhnya. 

Kendati normal, hujan yang terjadi pada tahun ini terbilang semakin basah. Begitu pula dengan kemarau yang semakin kering. Hal ini akibat perubahan iklim yang dihadapi dunia pada saat ini. 

"Risiko yang tertinggi masalah di banjir," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lucky Leonard
Terkini