AS Tidak Akan Pangkas Tarif Impor China Hingga Pemilu Selesai

Bisnis.com,15 Jan 2020, 12:59 WIB
Penulis: Nirmala Aninda
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Tarif impor miliaran dolar terhadap produk China yang masuk ke AS kemungkinan akan tetap berlaku hingga pemilihan presiden Amerika pada November 2020.

Menurut sumber yang dikutip Bloomberg, setiap langkah pengurangan tarif akan mempengaruhi komitmen Beijing terhadap isi perjanjian perdagangan fase pertama.

Sumber yang menolak untuk diidentifikasi itu mengungkapkan bahwa kedua belah pihak memiliki pemahaman bahwa kurang dari 10 bulan sejak perjanjian ditandatangani, AS akan meninjau kemajuan pelaksanaan komitmen.

Jika hasilnya baik, Washington berpotensi mempertimbangkan pemotongan tambahan pada tarif yang mempengaruhi US$360 miliar impor dari China.

Periode peninjauan, dimaksudkan untuk memberikan waktu pemerintahan Trump untuk memverifikasi kepatuhan China terhadap ketentuan pakta tersebut.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin pada Selasa (14/1/2020), membantah ada potensi pelonggaran tarif bagi China sebelum kedua negara itu mencapai kesepakatan fase dua.

Dia menambahkan bahwa tidak ada hubungan antara timeline untuk pengurangan tarif dan pemilihan presiden pada November.

“Tarif ini akan tetap berlaku sampai ada fase dua, itupun jika presiden mengesahkan fase dua dengan cepat. Jika tidak, tidak akan ada keringanan tarif. Jadi ini tidak ada hubungannya dengan pemilihan umum atau alasan apapun," kata Mnuchin, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (15/1/2020).

Sebelumnya, para pejabat AS telah mengatakan bahwa sebelum teks perjanjian dagang fase satu dirilis setelah disahkan, tidak ada rencana untuk memangkas sanksi tarif lebih lanjut.

Berita bahwa penurunan tarif lebih lanjut tidak akan dilakukan sebelum pemilihan November menghapuskan keuntungan di saham Amerika, di mana tolok ukur utama telah mencapai rekor baru.

Imbal hasil tresuri terpantau turun dan dolar melemah terhadap yen. Saham di Asia Rabu (15/1/2020), pagi terlihat beragam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini