Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tekstil dan garmen, PT Sri Rejeki Isman Tbk. membidik pertumbuhan pendapatan dan laba single digit pada 2020.
Joy Citra Dewi, Corporate Communications Sri Rejeki Isman, mengatakan target pertumbuhan bottom line dan top line tahun ini berkisar antara 6%-8%.
Target yang dipasang oleh emiten berkode saham SRIL tersebut tergolong masih konservatif. Pasalnya, perseroan masih mengantisipasi ketidakpastian global yang mungkin berdampak terhadap penjualan Sritex pada tahun ini.
“Margin dipertahankan dengan banyak fokus ke produk added value tinggi,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (16/1/2020).
Selama periode Januari–September 2019, SRIL membukukan penjualan senilai US$895,08 juta tumbuh 17,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, laba bersih hanya tumbuh tipis 2,45% dari US$70,49 juta menjadi US$72,22 juta.
Kinerja positif perseroan didorong oleh penjualan ke Amerika Serikat yang meningkat pesat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Perseroan terus memperluas pasar ekspor di antaranya dengan meningkatkan penjualan ke Afrika, Jepang, dan Amerika Serikat. Apalagi, perang dagang AS-China memberikan peluang kepada Indonesia untuk meningkatkan ekspor tekstil ke AS.
Kenaikan permintaan dari AS sudah terlihat mulai awal tahun ini. AS menjadi pasar produk benang dan pakaian jadi dari perseroan. Perseroan memasok untuk sejumlah merek ternama, seperti Disney, Costco.
Di antara sejumlah emitan tekstil, saham SRIL dinilai masih menjadi yang paling menarik dan difavoritkan oleh analis.
Janson Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, mengatakan hingga kini emiten tekstil yang difavoritkan hanya Sritex karena memiliki model penguasaan bisnis dari hulu ke hilir.
Selain itu, dari sisi neraca keuangan Sritex juga cukup baik dimana tingkat leverage yang masih dapat dikendalikan dengan rasio debt to EBITDA masih di bawah 2 kali.
Selain itu, hingga kuartal III/2019 laporan keuangan emitan berkode saham SRIL tersebut menorehkan catatan baik top line maupun bottom line. Menurutnya, pertumbuhan low double digit, suatu saat ini susah dicapai mengingat kondisi global dan domestik yang kurang mendukung.
Namun, lanjut dia dengan redanya tensi dagang antara China dan AS harusnya optimisme manufaktur bangkit kembali.
“Kenaikan harga komoditas dunia bisa meningkatkan prospek pertumbuhan GDP global khsusnya emerging market dan ini juga menjadi keuntungan bagi SRIL. Proyeksi hingga akhir tahun looking target price Rp350 untuk SRIL,” ungkapnya.
Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan saat ini sentimen industri tekstil kurang menggembirakan dengan kasus gagal bayar perusahaan tekstil besar dan menyebabkan pinjamannya direstrukturisasi.
“Kalau untuk SRIL, valuasinya cukup murah sebenarnya,”jelasnya
Pada perdagangan Kamis (16/1/2020), saham SRIL ditutup turun 0,76% ke level Rp262 per saham. Sementara itu, hingga pukul 11:15 WIB perdagangan Jumat (17/1/2020), SRIL menguat 2,29% ke level Rp268 per saham.
Dengan harga saham tersebut, perusahaan yang dipimpin oleh Iwan Setiawan Lukminto itu memiliki nilai kapitalisasi pasar Rp5,48 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel