Awal 2020, Pertumbuhan Kredit Berpeluang Pulih

Bisnis.com,24 Jan 2020, 20:37 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
OJK melaporkan bahwa kredit perbankan pada 2019 tumbuh 6,08%./Bisnis-Maria Y. Benyamin

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia melihat perbaikan pertumbuhan kredit pada tahun ini terbuka lebar seiring dengan transmisi pelonggaran suku bunga sepanjang 2019 akan mulai terasa dalam waktu dekat.

Ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro menilai pemangkasan 100 basis poin suku bunga acuan pada tahun lalu akan mendorong pertumbuhan kredit tahun ini mulai awal 2020.

Hal ini juga mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini. Namun, relaksasi kebijakan pelonggaran Loan To Value (LTV) untuk sektor properti dan otomotif diyakini hanya akan mendorong pasokan kredit. Pasalnya, sisi permintaan, termasuk konsumsi rumah tangga, belum menampakkan pemulihan.

“Kami yakin kebijakan ini bisa mendorong sisi penawaran kredit, tetapi ada pertanyaan tentang sisi permintaannya, yang seharusnya sisi kebijakan fiskal mendorong dampak lebih kuat,” tutur Satria, Jumat (24/1/2020).

Dia menjelaskan imbal hasil yang ada saat ini cukup efektif mendorong perusahaan besar melakukan ekspansi melalui penambahan belanja modalnya. Sejumlah perusahaan besar tercatat menerbitkan obligasi korporasi tahun lalu hingga Rp126,5 triliun atau naik 11,32% (yoy). Selain itu, juga ada penerbitan surat berharga sejumlah Rp20,6 triliun.

“Ke depan, kami memproyeksikan pertumbuhan kredit masih akan berlanjut naik, sebagai bentuk sinergitas kebijakan moneter dan fiskal untuk mendorong investasi dalam negeri khususnya untuk investasi non-infrastruktur,” ungkap Satria.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank DBS Indonesia Masyita Crystallin menilai saat ini perlu ada jaminan naiknya permintaan dari masyarakat untuk menjaga pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 5%.

Dia mengungkapkan pelaku usaha khususnya sektor perbankan masih mengandalkan pertumbuhan dari sisi permintaan masyarakat. Namun, selama belum ada jaminan permintaan akan naik, maka efektivitas yang diharapkan dari sejumlah kebijakan moneter Bank Indonesia akan sia-sia.

“Perusahaan kita masih berorientasi pada pasar domestik, begitu pula perusahaan dari luar. Untuk mencapai target setidaknya 5,0% pertumbuhan ekonomi tahun ini perlu ada jaminan permintaan kredit akan naik,” ujar Masyita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini