Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat terdapat 2,6 juta dari 65 juta micro merchant atau UMKM di seluruh provinsi yang telah mengadopsi Quick Response Code Indonesian Standar (QRIS) hingga akhir Januari 2020.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Ricky Satria mengatakan micro merchant memang menjadi sasaran utama karena memiliki jumlah yang besar.
Saat ini metode yang dipakai adalah Merchant Presented Mode (MPM), yakni penjual (merchant) yang akan menampilkan QR Code pembayaran untuk dipindai oleh pembeli (customer) ketika melakukan transaksi pembayaran.
Sementara itu, dari sisi penyedia jasa sistem pembayaran (PJSP), terdapat sebanyak 16 Bank, 9 non bank atau fintech, dan 4 switching yang telah memperoleh persetujuan QRIS.
"Semua pemain mobile banking [sekitar] 50 akan ada di situ [PJSP QRIS], termasuk 40-an aplikasi ada di situ," katanya, Rabu (5/2/2020).
Menurutnya, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan surat ke pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk mewajibkan transaksi retribusi menggunakan sistem nontunai.
Saat ini persetujuan penggunaan QRIS secara cross border juga mulai dilakukan. Salah satunya kerja sama CIMB Niaga dengan We Chat. Nantinya, juga akan ada pilot project cross border penerapan QRIS di sejumlah negara seperti Malaysia dan India.
"Ternyata tidak susah dapat jaringan partner, Malaysia kami coba pilot project, India juga diajak cross border," katanya.
Direktur BCA Santoso Liem mengakui QRIS akan mampu meningkatkan efisiensi dari biaya-biaya transaksi yang perlu dikeluarkan masyarakat. Dengan menggunakan uang kartal, Bank Indonesia perlu melakukan investasi besar untuk memproduksi uang. Begitupula saat menggunakan kartu dengan chip, dibutuhkan investasi besar karena teknologi masih didatangkan dari luar negeri.
Bahkan, untuk melakukan transaksi di kantor cabang bank juga cukup mahal. Setidaknya, biaya transaksi di cabang BCA yang dikeluarkan nasabah mencapai Rp75.000. Biaya transaksi ini dinilai perlu semakin ditekan, salah satunya lewat QRIS.
Meskipun memiliki keuntungan, diakuinya, QRIS masih memiliki tantangan, terutama sosialisasi di masyarakat. Inklusi keuangan menjadi tantangan adopsi QRIS bagi Indonesia.
"Bagaimana pengenalan terhadap alat pembayaran ini bisa menyeluruh dan address seluruh populasi itu, tantangan utama. Maka regulator mendorong berbagai skema untuk membuka supaya semua pemain bisa menyediakan sistem pembayaran," katanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel