Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. meningkatkan penyaluran kredit segmen investasi pada tahun ini, sejalan dengan bisnis utama perseroan di segmen wholesale.
Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Silvano Winston Rumantir mengatakan semakin tinggi penyaluran kredit investasi, maka akan semakin baik karena korporasi melakukan investasi jangka panjang.
Namun, kata Silvano, dipacunya kredit investasi bukan berarti perseroan akan mengurangi porsi kredit di segmen modal kerja.
"[Korporasi] untuk melakukan ekspansi dan memenuhi belanja modal kan butuh kredit investasi. Tetapi ini pun harus sinkron dengan pendanaan nonbank karena untuk korporasi yang sudah mapan diperlukan juga diversifikasi sumber pendanaannya," katanya, Rabu (5/2/2020).
Silvano mengutarakan pada tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit secara keseluruhan di kisaran 8 persen hingga 10 persen. Berdasarkan komposisi, kredit perseroan di segmen korporasi dan komersial tercatat sebesar 65 persen. Perseroan menyatakan akan tetap menjaga komposisi tersebut.
Jika ada perubahan pun, lanjutnya, tidak akan besar. Perseroan akan mencoba penetrasi segmen non-wholesale, di antaranya segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta konsumer.
"Itu yang mau kami pacu, selama penyaluran ke segmen tersebut tetap konsisten dengan strategi bank di wholesale. Misalnya, perusahaan besar di corporate banking, mereka punya supply chain, supplier dan distributor utama, yang di segmen commercial banking atau UKM. Namun, masih konsisten dengan strategi wholesale corporate banking supply chain," jelasnya
Silvano menambahkan, meski perseroan ingin memperbesar porsi kredit nonkorporasi, perseroan memastikan bukan pertumbuhan yang signifikan, melainkan pertumbuhan yang tetap sejalan dengan rencana bisnis bank.
Adapun pada 2019, Bank Mandiri mencatatkan perolehan laba meningkat 10,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp907,5 triliun.
Kredit sektor korporasi masih menjadi penopang utama segmen wholesale yang per Desember 2019 naik 9,3 persen yoy menjadi Rp516,4 triliun. Sementara sektor ritel yang ditopang oleh mikro dan konsumer tumbuh 11,9 persen yoy menjadi Rp275,9 triliun.
Di samping itu, kredit korporasi perseroan tumbuh baik di kisaran 7,7 persen yoy sedangkan penyaluran kredit mikro naik 20,1 persen yoy, dan untuk kredit konsumer tumbuh 7,9 persen yoy.
Sementara, penyalurkan kredit UMKM tercatat sebesar Rp92,2 triliun pada akhir tahun lalu, tumbuh 9,8 persen secara yoy, kepada sebanyak 928.798 pelaku UMKM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel