Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja penyaluran kredit yang stabil dengan menyasar pasar korporasi menjadikan saham PT Bank Mandiri (persero) Tbk. layak dilirik investor.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Rumantir mengatakan target pasar penyaluran kredit BMRI adalah korporasi dan komersial. Segmen ini menyumbang 65 persen bisnis pembiayaan. Penyaluran kredit juga dipatok tumbuh 8 persen sampai 10 persen pada 2020. Relatif sama dengan target tahun lalu.
Menurutnya, target penyaluran kredit BMRI tetap korporasi. Hanya saja, BMRI juga mendorong adanya peningkatan porsi penyaluran kredit segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Juga sektor konsumer. Segmen ini penetrasi perusahaan masih relatif rendah dibandingkan total pembiayaan.
"Kredit investasi kita harapkan naik karena memang bisnis kita wholesale ya, semakin banyak kredit invetasi semakin bagus, artinya korporasi melakukan investasi jangka panjang," kata Silvano, Jumat (7/2/2020).
Lebih lanjut perseroan juga akan menekan persentase kredit macet atau non performing loan (NPL). Kredit bermasalah ini ditargetkan menyusut menjadi 2,1 persen hingga 2,3 persen tahun ini.
Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin juga optimistis strategi menekan NPL dapat terealisasi. Apalagi pada tahun ini Bank Mandiri akan fokus menyalurkan kredit pada industri sektor dan produk-produk yang memiliki katagori low risk segment.
"Kita cukup optimis Bank Mandiri kinerja kredit portofolio kita akan lebih baik dari tahun lalu," katanya.
Jovent Muliadi, analis Indopremier, membertahankan rekomendasi beli (BUY) pada saham BMRI dengan target price (TP) yang lebih tinggi dari Rp9.000. Rekomendasi tersebut berdasarkan proyeksi peningkatan kualitas aset dan provisi yang memadai menyesuaikan International Financial Reporting Standards (IFRS). Kondisi ini dinilai akan mengurangi kekhawatiran investor terhadap kualitas pinjamannya.
"Kami meningkatkan laba per saham kami sebesar 4-5 persen untuk Fiscal Year 2020-2021. Pertahankan Beli dengan TP lebih tinggi Rp9.000," katanya.
Suria Dharma, analis Samuel Sekuritas Indonesia, memperkirakan tahun ini kredit BMRI dapat tumbuh 9,5 persen yoy. Kontribusi kredit korporasi dan mikro diyakini akan semakin tinggi, sedangkan kredit komersial akan semakin turun. "Walaupun demikian, kredit komersial saat ini masih menjadi kontributor terbesar kedua setelah kredit korporasi," katanya.
Harsh Wardhan Modi, analis JP Morgan Sekuritas, memproyeksikan BMRI mampu mencapai target pertumbuhan majemuk tahunan laba per saham sebesar 16 persen selama dua tahun ke depan. Hal tersebut terutama jika laju pertumbuhan kredit mencapai 11 persen.
"Kami berharap bank akan memberikan pertumbuhan kredit 11 persen di 2019 - 2021 seiring dengan perubahan arah kredit menjadi campuran korporasi, mikro, dan konsumen," katanya.
Nico Laurens, analis Panin Sekuritas, juga tetap merekomendasikan beli (Buy) untuk saham BMRI dengan target price (TP) Rp8.300. Alasannya, pertumbuhan kredit yang masih akan tumbuh diatas industri, tren perbaikan kualitas aset, peningkatan rasio likuiditas yang didorong oleh membaiknya CASA, serta valuasi yang atraktif.
Kredit macet atau non performing loan (NPL) dan cost of credit (CoC) BMRI juga dinilai akan mengalami perbaikan dengan turun 10 sampai 20 basis poin (bps). Secara perlahan perseroan juga telah melakukan penyesuaian terhadap tingkat bunga kredit. Hal itu terlihat dari turunnya loan yield dari sebesar 10 persen pada 2018 menjadi 9,84 persen pada 2019.
"Kami melihat tren ini akan berlanjut kedepannya, sehingga ada ruang untuk NIM [Net Interest Margin]mengalami penurunan," katanya.
Saham emiten dengan kode perdagangan BMRI pada Bursa Efek Indonesia itu pada perdagangan Jumat (7/2/2020) ditutup pada level Rp7.700 atau naik tipis 0,32 persen. Sejak awal 2020, harga saham BMRI juga naik tipis 0,65 persen secara year to date (ytd).
Pada 2019 harga emiten menyusut 1,90 persen. Sementara kalau ditarik dalam rentang lebih panjang maka bank dengan logo pita emas ini telah membukukan kenaikan harga saham 60,10 persen.
Kinerja kuangan BMRI pada 2019 mencatatkan laba bersih senilai Rp27,5 triliun atau tumbuh 9,9 persen dibandingkan tahun lalu (yoy). Kinerja ini relatif stabil karena BMRI tetap mampu menyeimbangkan pertumbuhan laba bersih dan kredit.
Pertumbuhan kredit BMRI tercatat masih di atas industri, yakni senilai Rp907,7 triliun atau tumbuh 10,7 persen yoy yang didorong oleh performa positif di segmen korporasi, mikro serta anak perusahaan.
Adapun pasar korporasi berkontribusi 39,3 persen terhadap total penyaluran kredit yang disalurkan BMRI. Kredit segmen ini tumbuh 13,3 persen yoy selama 2019.
Sementara itu, kredit mikro yang berkontribusi 13,7 persen dari total kredit tumbuh 21,7 persen yoy. Kredit anak usaha juga tumbuh 15,7 persen yoy. Disisi lain kredit konsumsi dan UKM masing-masing hanya tumbuh 6,9 persen dan 4,5 persen yoy.
Berdasarkan laporan analyst meeting pada kuartal IV/2019, NPL Bank Mandiri tercatat mengalami penurunan dari 2,8 persen pada Desember 2018 menjadi 2,3 persen pada Desember 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel