42 Saham Menguat, Indeks Hang Seng Rebound

Bisnis.com,11 Feb 2020, 15:50 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Hang Seng Index/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Hong Kong mampu rebound pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (11/2/2020).

Dilansir dari Bloomberg, indeks Hang Seng ditutup menguat 1,26 persen atau 342,54 poin ke level 27.583,88, mengakhiri penurunan dua hari berturut-turut.

Sebelumnya, indeks Hang Seng dibuka rebound dengan penguatan 1 persen atau 272,91 poin di posisi 27.514,25, setelah pada akhir perdagangan Senin (10/2) ditutup melemah 0,59 persen atau 162,93 poin di posisi 27.241,34.

Pada perdagangan hari ini, 42 dari 50 saham menguat, sementara 7 saham naik dan 1 saham lainnya ditutup stagnan.

Tencent Holdings Ltd. memberikan dorongan terbesar terhadap penguatan indeks setelah ditutup menguat 2,1 persen. Sementara itu, saham Geely Automobile Hondings Ltd. mencatat penguatan penurunan terbesar, mencapai 5,7 persen.

Indeks Hang Seng diperdagangkan dengan rasio harga terhadap pendapatan (price-to-earning) sebesar 10,8 kali, dendan total kapitalisai mencapai HK$17,9 triliun pada perdagangan hari ini.

Sementara itu, saham Asia menguat pada perdagangan Selasa (11/2/2020), menjelang komentar dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 0,89 persen pada pukul 15.06 WIB. Sementara itu, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup menguat 0,39 persen dan 0,93 persen. Pasar saham Jepang tutup untuk liburan.

Gubernur the Fed Jerome Powell akan bersaksi di hadapan anggota parlemen AS minggu dalam laporan pertengahan tahun. Investor menunggu komentar tentang dampak virus terhadap ekonomi dan kebijakan moneter dalam pidato Powell tersebut.

Presiden Federal Reserve wilayah San Francisco Mary Daly mengatakan pada hari Senin bahwa ekonomi dan kebijakan AS berada di tempat yang baik.

"Pada batas tertentu, kita harus mempertimbangkan bahwa rebound dalam pertumbuhan yang kita harapkan selama tahun 2020 dapat tertunda atau agak kurang kuat dari yang kita perkirakan karena dampak virus," ungkap Mark Robertson, kepala analis di Aviva Investors, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini