Prospek Industri Baja Moncer, ini Dua Emiten Rekomendasi Analis

Bisnis.com,17 Feb 2020, 04:28 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
Pekerja mengawasi proses produksi lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA – Prospek emiten baja diprediksi moncer seiring dengan rencana pemberian sejumlah insentif khusus dari pemerintah. Analis memperkirakan setidaknya ada dua emiten baja yang layak beli pada tahun Tikus Logam.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai beberapa insentif seperti penurunan tarif gas dan listrik dapat meringkatkan beban produksi emiten baja. Menurutnya, emiten baja juga akan diuntungkan dengan masih tingginya kebutuhan baja untuk proyek infrastruktur.

“Baja ini penting ya, bukan hanya untuk infrastruktur ringan, tapi juga industri strategis. Dari berbagai aspek ya, misalnya untuk pembangunan infrastruktur pemerintah atau mililieter, dan ini sangat membutuhkan komponen dalam negeri yang optimal,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (14/2/2020).

Dari sejumlah emiten baja yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nafan menilai saham PT Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) layak untuk dikoleksi. Keduanya dinilai memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan.

Nafan mengutarakan insentif dari pemerintah akan menjadi katalis bagi Spindo untuk mencapai target pertumbuhan penjualan 15%—20% pada tahun ini. Sementara itu, bagi Krakatau Steel insentif dari pemerintah dapat membantu perseroan menekan beban operasional.

“Untuk ISSP target harga Rp280 per saham dalam estimasi jangka panjang, akumulasi beli. Sementera itu, untuk KRAS target harga ke Rp352 dalam estimasi jangka panjang, akumlasinya beli,” katanya.

Sementara itu, dia PT Gunung Raja Paksi Tbk. (GGRP) belum menunjukkan performa yang mengesankan sejak mencatatkan diri di BEI sehingga tidak direkomendasikan untuk saat ini. Adapun, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. (GDST) juga tidak direkomendasikan karena masih dalam tren penurunan harga.

“GGRP turun terus setelah IPO, hanya memiliki range estimasi dari level Rp415—Rp500 per saham, hanya bisa range itu. GDST, kalau menurt saya sedang koreksi, tapi targetnya saya tetapkan di level support-nya, di level, Rp68 per saham,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini