Bisnis.com, JAKARTA - Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. di segmen komersial mencapai 18 persen.
Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury mengatakan kualitas kredit segmen tersebut tergolong tinggi dan membuat perolehan laba tahun lalu menjadi tertekan.
"NPL komersial ini yang besar, itu sampai 18 persen dan membebani kinerja. Namun, bisa dibilang dampaknya tidak terlalu signifikan karena sebagian besar kredit kami adalah KPR kepada individu," katanya dalam Media Briefing & Lunch di Kantor Cabang Bank BTN Cawang di Jakarta, Senin (17/2/2020).
Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu menambahkan segmen komersial merupakan segmen yang cukup bermasalah.
"Debiturnya ini swasta, salah satunya punya fasilitas dengan nilai Rp650 miliar, dan punya proyek highrise building di Kali Malang, Bekasi. Saya tidak boleh sebut nama," ungkapnya.
Dalam kesempatan sebelumnya, Nixon mnyebutkan prospek penjualan apartemen masih mengalami perlambatan, terlebih untuk apartemen mewah.
Tidak hanya apartemen, pengembang rumah tapak di Kalimantan juga mengalami masa berat karena daya beli masyarakat turun akibat penurunan harga komoditas.
Sebagai informasi, total kredit BTN per akhir 2019 adalah Rp255,82 triliun dengan 89 persen porsinya dikuasai oleh KPR, baik subsidi maupun non-subsidi. Sementara itu, kredit non-KPR hanya 10,38 persen, atau Rp26,55 triliun.
Rasio NPL secara keseluruhan per akhir 2019 mencapai 4,8 persen, naik 200 basis poin dari 2018 2,8 persen.
Pahala menjelaskan perseroan tidak akan terlalu banyak melakukan restrukturisasi lagi tahun ini. Perseroan akan fokus pada penyelesaian seperti menjual agunan agar dapat mengubah aset menjadi lebih likuid.
"Kami sudah banyak restrukturisasi. Tahun ini kami akan lebih fokus pada penjualan [agunan], atau memang kalau memang diperlukan [yakni ke pengadilan]," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel