Lelang SUN Cetak Rekor Penawaran, Ini Komentar Analis

Bisnis.com,18 Feb 2020, 17:54 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan analis menilai jumlah penawaran yang amat  tinggi terhadap surat utang negara (SUN) dalam beberapa lelang terakhir menunjukkan kondisi pasar obligasi yang stabil. Volatilitas di pasar saham juga menjadi salah satu penyebab minat terhadap instrumen SUN meningkat pesat.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan hasil lelang SUN pada hari ini, Selasa (18/2/2020) mencapai Rp1271, triliun, mencerminkan kondisi pasar obligasi Indonesia yang amat baik. Dia menambahkan, para investor menilai tingkat likuiditas pasar obligasi negara masih sangat tinggi.

Tingginya penawaran juga dibantu oleh rendahnya tingkat kepastian pasar saham Indonesia saat ini. Risiko saham yang juga sedang tinggi membuat para investor berbondong-bondong pindah ke instrumen obligasi negara.

"Mereka (investor) memerlukan instrumen yang daya tahannya baik dan tingkat volatilitasnya tidak setinggi pasar saham," katanya saat dihubungi pada Selasa (18/2/2020) di Jakarta.

Selain itu, tingkat imbal hasil (yield) yang ditawarkan Pemerintah Indonesia juga terbilang paling menarik bila dibandingkan dengan negara lain. Imbal hasil  obligasi Indonesia juga terbilang stabil meskipun dalam beberapa pekan lalu terjadi capital outflow yang menurunkan tingkat kepemilikan asing terhadap SUN Indonesia.

Menurut Ramdhan, permintaan obligasi dengan jatuh tempo 5 hingga 10 tahun cukup tinggi karena seri tersebut menjadi acuan obligasi Indonesia. Tak heran, likuiditas obligasi di seri tersebut menjadi yang tertinggi di antara seri lainnya.

Tingkat likuiditas yang tinggi, lanjutnya, akan dimanfaatkan investor untuk membeli obligasi dan kemudian melakukan profit taking dalam beberapa waktu ke depan. Kondisi pasar yang saat ini cenderung bullish memungkinkan investor melakukan penjualan obligasi.

"Di sisi lain, tingkat likuiditas pasar keuangan Indonesia juga sedang tinggi. Oleh karena itu, mereka juga membutuhkan instrumen yang tahan terhadap gejolak pasar," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini