Impor Gula Harus Datang Tepat Waktu

Bisnis.com,19 Feb 2020, 23:41 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Ilustrasi-Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali /Bisnis- Arief Rahman

Bisnis.com, JAKARTA - Wacana pemerintah untuk mengimpor gula konsumsi dinilai perlu mempertimbangkan manajamen waktu agar tak memicu efek psikologis pasar dan berimbas pada harga. Di sisi lain, pemerintah harus menetapkan kuota yang tepat agar polemik impor gula pada 2018 tak terulang.

"Impor ini memerlukan waktu. Pemerintah harus memastikan pemasukannya tepat dan tidak mendadak. Karena kondisi stok juga mempengaruhi psikologi pasar," kata Anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan Pusat Khudori kepada Bisnis, Rabu (19/2/2020).

Khudori mengemukakan stok awal tahun yang berada di angka 1,08 juta ton dengan konsumsi bulanan di angka 250.000 ton setidaknya bakal memenuhi kebutuhan selama empat bulan atau sampai April. Dia menyatakan antisipasi pasokan perlu dilakukan mengingat kebutuhan pada Ramadan dan Lebaran pada April sampai Mei akan lebih tinggi dari kebutuhan bulan lainnya.

"Stok 1,08 juta cukup sampai April. Tapi kita tahu akhir April Ramadan dimulai. Kebutuhan naik. Mestinya segera diantisipasi," ujarnya.

Senada, Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan bahwa pemerintah perlu memastikan pasokan jelang Ramadan dan Lebaran. Sekalipun pemerintah mengeluarkan penugasan pada BUMN untuk importasi gula, setidaknya proses tersebut memerlukan prosedur yang lebih lama.

"Jika ingin impor, pertanyaannya akan datang kapan? Kalau BUMN akan lebih lama prosesnya karena ada tender, pengemasan, membutuhkan waktu untuk siap dipasarkan. Kalau swasta prosedurnya tidak serumit itu," ujar Budi.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan keputusan untuk impor gula bakal diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia. Dia pun belum memberikan sinyal negara mana yang bakal memasok gula untuk memenuhi kebutuhan pada semester pertama.

Kendati demikian, Agus memastikan bakal membuka ruang untuk gula asal India. Selama ini, pemasok gula terbesar untuk Indonesia adalah Thailand dan India.

"Untuk standar ICUMSA sudah kita turunkan dari 1200 ke 600. India menyatakan ingin masuk ke Indonesia juga dan untuk gula ini sebenarnya kita ada alternatif. Untuk gula mentah dari India memang kita akan buka," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andhika Anggoro Wening
Terkini