China Janjikan Amunisi Tambahan, Wall Street Dibuka Menguat

Bisnis.com,19 Feb 2020, 22:02 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) serempak dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini, Rabu (19/2/2020), didorong ekspektasi langkah lebih lanjut oleh pemerintah China untuk menopang perekonomiannya yang terdampak virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka naik 0,28 persen ke level 29.312,70, indeks S&P 500 naik 0,30 persen ke 3.380,39, dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,51 persen ke level 9.782,81.

Baik indeks Dow Jones dan S&P 500 rebound ke zona hijau setelah berakhir melemah pada perdagangan Selasa (18/2/2020), akibat terbebani peringatan dari Apple tentang gangguan produksi dan permintaan akibat terdampak epidemi virus corona (Covid-19).

Bloomberg melaporkan langkah-langkah terbaru China untuk menopang pertumbuhan termasuk kemungkinan bail-out untuk sejumlah maskapai penerbangan.

Industri penerbangan sangat terpukul oleh epidemi ini, dengan maskapai-maskapai global menghentikan sekitar 80 persen dari penerbangan mereka ke China.

Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China kemudian mengatakan pemerintah akan menghubungkan pabrik-pabrik dengan perusahaan
teknologi untuk mengidentifikasi mata rantai yang lemah dalam rantai pasokan mereka.

Bantuan tersebut adalah satu dari beberapa langkah yang telah diambil oleh pemerintah China dan otoritas setempat untuk membatasi dampak ekonomi dari virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 75.000 orang hingga kini.

Pada umumnya, investor relatif tetap percaya diri dalam kemampuan para pembuat kebijakan untuk menahan dampak dari virus corona yang mematikan, setelah peringatan perlambatan penjualan oleh Apple sempat menyulut kekhawatiran pasar awal pekan ini.

Dalam perkembangan terbaru tentang virus itu, provinsi Hubei, pusat penyebaran virus corona, melaporkan 132 kematian lebih lanjut pada 18 Februari, menjadikan jumlah korban jiwa di China daratan menjadi lebih dari 2.000 orang. Meski demikian, Hubei terus melaporkan jumlah kasus baru yang lebih rendah setiap harinya.

“Penting untuk mengetahui konteks dampak virus, kami tidak memperkirakan penurunan yang permanen dalam pertumbuhan global,” ujar Anne Anderson, head of fixed income di UBS Asset Management, seperti dilansir Bloomberg.

“Kombinasi fiskal-moneter dan keyakinan bahwa kita akan mengalami transisi [wabah virus corona] selama beberapa bulan mendatang berarti kita masih pada pijakan yang mantap,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini