Suku Bunga BI Turun, Industri Otomotif Bisa Tancap Gas

Bisnis.com,20 Feb 2020, 21:15 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Petugas melakukan perawatan terhadap mobil Wuling yang dijual di salah satu showroom di Jakarta, Minggu (16/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri otomotif berharap penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia mampu mendorong pembelian kendaraan dan secara simultan membangkitkan pasar dari malaise. 

Bank Indonesia (BI) menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dari yang sebelumnya sebesar 5 persen. Penurunan dilakukan menyusul fenomena virus corona yang makin meluas.

Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyambut positif penurunan suku bunga acuan yang dilakukan BI. Penurunan tersebut diharapkan mampu menggairahkan pasar industri otomotif nasional.

"Kami menyambut positif. Dengan penurunan tersebut, kredit kepemilikan mobil juga ikut turun. Hal ini tentunya memacu pertumbuhan industri," ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (20/2/2020).

Hal serupa juga disampaikan oleh Deputy Director Sales Operation & Product Management PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto.

Menurutnya, penurunan suku bunga acuan akan memberikan dampak positif terhadap pasar otomotif. Penurunan itu, lanjutnya, biasa diikuti dengan penyesuaian dari sisi suku bunga pinjaman bagi konsumen.

Kariyanto menilai bahwa konsumen yang melakukan pembelian dapat diuntungkan. "Kami berharap dengan penurunan suku bunga acuan ini dapat mendorong pertumbuhan demand di pasar otomotif," tuturnya.

Kendati demikian, Nangoi mengatakan bahwa penurunan suku bunga acuan merupakan hal biasa, sehingga sudah seharusnya kredit menurun. Namun, dia menambahkan bahwa isu yang beredar memperlihatkan kebijakan tersebut saling tumpang tindih. 

Sementara itu, berdasarkan catatan Bisnis, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) mengingatkan industri untuk mencermati keputusan BI menurunkan suku bunga acuan sekaligus target pertumbuhan kredit.

Senior Faculty LPPI Lando Simatupang mengatakan bahwa langkah Bank Indonesia sebagai otoritas moneter terlihat bertolak belakang.

"Ini agak lucu memang. Otoritas moneter kasih insentif, tetapi juga memangkas pertumbuhan ekonomi dan kreditnya. Namun, kebijakan ini perlu menjadi perhatian bagi semua pihak," kata Lando.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini