Pasar Belum Pulih, Hindari Saham-Saham Ini

Bisnis.com,20 Feb 2020, 06:59 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kondisi pasar yang cenderung lesu dalam beberapa perdagangan terakhir, investor harus cermat untuk memilih aset agar tidak jatuh di lubang yang salah. Bukan untung malah jadinya buntung.

Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan bahwa saat ini pasar tengah dibayangi oleh dua katalis negatif, yaitu penyebaran virus corona yang tidak hanya melemahkan ekonomi China tetapi juga global, dan isu pemblokiran efek dampak dari kasus asuransi dengan manajemen investasi.

Akibatnya, terdapat beberapa saham yang cenderung harus dihindari karena pergerakkannya yang terseret cukup dalam dari dua sentimen tersebut.

“Saham yang ada hubungannya dengan kasus asuransi tentu harus dihindari terlebih dahulu untuk sementara. Selain itu, saham yang juga akan tertekan cukup dalam adalah saham di sektor komoditas, kecuali emas,” ujar Suria saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (19/2/2020).

Hal tersebut dikarenakan harga komoditas yang juga tengah dalam tekanan, akibat proyeksi penurunan permintaan China, akan sangat mempengaruhi prospek kinerja emiten tersebut pada tahun ini. Tekanan kinerja tentunya berimbas mengganggu laju sahamnya.

Namun, hal itu tidak berlaku untuk komoditas emas yang saat ini justru bergerak menguat, sehingga ikut mencerahkan prospek kinerja emiten produsen batu kuning.

Kemudian, Suria juga mengatakan bahwa investor mungkin harus menghindari sementara saham yang kinerja bisnisnya sangat ditopang oleh ekspor dan saham sektor pelayaran. Hal tersebut mengingat penyebaran virus corona atau covid-19 telah membuat kedua lini bisnis itu ikut melemah.

Senada, SVP Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan bahwa dalam situasi pasar modal yang memang masih sangat rapuh, saham di sektor komoditas yang memiliki keterkaitan besar terhadap China, seperti batu bara, timah, dan nikel mungkin harus dihindari untuk sementara.

“Saat ini kegiatan manufaktur China belum pulih total yang artinya permintaan terhadap komoditas tersebut masih lemah,” ujar Janson.

Dia mengatakan bahwa saat ini pasar lebih baik fokus terhadap saham di sektor perbankan, konsumsi, dan pra-infra, yang mempunyai valuasi sangat reasonable dan dividend player.

Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan bahwa saham yang harus dihindari saat pasar lesu adalah saham yang tidak memiliki likuiditas cukup baik, yaitu saham yang tidak masuk ke dalam indeks utama seperti LQ45, IDX30, dan sebagainya.

"Saham-sahan yang harganya stabil di Rp50 per saham mungkin harus dihindari, karena harga itu menunjukkan fundamental kinerja yang cukup baik atau tidak efektif," jelas Nafan.

Di sisi lain, Analis Kresna Sekuritas Timothy Gracianov mengatakan bahwa rasanya kurang tepat untuk mengatakan sektor tertentu untuk dihindari. Pasalnya, sektor yang sedang terpuruk mungkin saja menjadi saat yang tepat untuk mulai mengakumulasi beli karena pasar overpunish.

Seperti contohnya, lanjut dia, pada pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi 2,21 persen dengan salah satu penekannya dari sektor perkebunan yang melemah 5,5 persen dipicu oleh penurunan harga CPO karena terganggunya pangsa ekspor CPO dari Indonesia ke China.

Namun, dengan prospek B30 pada tahun ini yang dapat menaikkan permintaan CPO cukup baik, sehingga mencerahkan kinerja emiten sektor perkebunan. Dalam jangka panjang saham-saham itu memiliki prospek yang cukup baik.

“Siasat yang kami rekomendasikan menghadapi ketidakpastian pasar akan dampak global dari penyebaran virus korona ini yaitu incar emiten yang membagikan dividen tahunan dengan yield atraktif dari harga saat ini setelah mereka merilis laporan keuangan 2019,” ujar Timothy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini