Paket Ekonomi Antivirus Corona dari China hingga Tanah Air

Bisnis.com,21 Feb 2020, 17:22 WIB
Penulis: Hadijah Alaydrus
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China menaiki tangga pesawat udara usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2/2020). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan secara resmi telah memulangkan 238 WNI ke daerah masing-masing karena telah dinyatakan sehat. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Jika negara-negara di Asia dan kawasan berpacu mengeluarkan paket stimulus melawan virus corona, bagaimana dengan Indonesia?

Langkah konkrit baru dijalankan oleh Bank Indonesia (BI).

Bank sentral Tanah Air, Kamis (21/2/2020), telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen.

Langkah ini diambil setelah BI melihat potensi pelemahan ekonomo domestik. BI memperkirakan pertumbuhan 2020 akan lebih rendah, yaitu menjadi 5 persen sampai 5,4 persen. Angka ini turun dari perkiraan semula 5,1 persen sampai 5,5 persen.

Revisi perkiraan pertumbuhan ekonomi karena pengaruh tertahannya prospek pemulihan ekonomi dunia pada jangka pendek pasca meluasnya virus corona.

Sementara itu, Indonesia juga akan kehilangan potensi devisa pariwisata sebesar US$1,3miliar, serta kerugian ekspor sebesar US$300 juta dan impor sebesar US$700 juta.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan wabah virus Corona akan mempengaruhi perekonomian Indonesia di beberapa sektor, yaitu jalur pariwisata, perdagangan, dan investasi.

Bank sentral mengaku telah menyesuaikan kebijakan yang diambilnya dengan skenario kebijakan pemerintah.

"BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah guna memperkuat sumber struktur dan kekuatan pertumbuhan ekonomi Indonesia," papar Perry.

Selain suku bunga, BI juga melakukan operasi moneter dengan menyerap SBN dari pasar sekunder hingga Rp27 triliun setelah wabah virus corona meluas.

Bagaimana dengan pemerintah?

Presiden Joko Widodo, minggu lalu (12/2/2020), telah memerintahkan kementerian/ lembaga (K/L) untuk mempercepat belanjanya.

Langkah ini guna menangkal pemburukan ekonomi di tengah dampak Covid-19 yang dapat menyerang sejumlah sektor strategis.

Sri Mulyani mengaku telah meminta kementerian/lembaga mempercepat belanja, utamanya yang memberikan pengaruh besar kepada masyarakat.

Langkah stimulus percepatan belanja modal pemerintah yang akan didorong a.l. percepatan penetapan pejabat perbendaharaan negara, percepatan tender, percepatan revisi dan pencairan anggaran strategis, percepatan pencairan bantuan sosial, PBI JKN yang dilakukan pada Februari 2020 sebesar Rp12 triliun dan percepatan transfer dana desa.

Hingga, Senin (10/2/2020), pemerintah telah menyalurkan lebih dari Rp586 miliar kepada lebih dari 1.490 desa. "Ini lebih tinggi dibanding tahun lalu, bulan Februari, yang pencairannya hanya 317 miliar," kata Sri Mulyani.

Sementara itu posisi anggaran yang disaluran terkait Program Keluarga Harapan (PKH) sudah mencapai Rp7 triliun, dari pagu Rp29 triliun.

Kemudian untuk beberapa belanja kementerian/lembaga, per 31 Januari sebanyak Rp30,9 triliun telah dicairkan.

Adapun, rinciannya a.l. belanja barang senilai Rp3,3 triliun, belanja modal Rp1,9 triliun, belanja bantuan sosial Rp13,2 triliun, dan belanja pegawai Rp12,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini