Dampak Virus Corona, Penurunan Impor Bakal Ganggu Manufaktur

Bisnis.com,21 Feb 2020, 22:17 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Pedagang menata jeruk impor yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Senin (27/1/2020). Kementerian Pertanian akan memperketat pintu masuk impor beberapa jenis makanan termasuk buah-buahan dari daerah atau negara tertentu yang kemungkinan terkontaminasi virus corona sebagai upaya pencegahan penyebaran virus tersebut./ANTARA FOTO-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Center for Strategic and International Studied (CSIS) Yose Rizal mengatakan stimulus fiskal dan moneter yang dipaparkan pemangku kepentingan hanya meliputi sisi permintaan (demand) domestik. Padahal, dampak virus corona (Covid - 19) justru dari sisi pasokan (supply).

"Masalah utama itu bukan demand, tetapi supply khususnya barang-barang dari China. Kita impor hampir 40 persen bagian dan komponen untuk industri manufaktur dalam negeri. Kalau pasokan sulit, produksi pasti terganggu," katanya ketika dihubungi, Jumat (21/2/2020).

Menurutnya, pemerintah harus mencari pengganti atau subtitusi barang modal asal China, baik dari negara lain maupun industri dalam negeri. Jika barang-barang tersebut dibuat oleh pabrikan lokal, lanjutnya, mereka belum tentu mau menjualnya karena sudah dialokasikan untuk pangsa pasar ekspor.

Terkait ekspor, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan tingkat ketergantungan Indonesia terhadap China sangat tinggi. Solusi beberapa pihak untuk mencari negara tujuan ekspor lain tidak sepenuhnya salah, tetapi tak semudah yang dibayangkan.

"Diversifikasi tujuan ekspor itu jangka menengah atau panjang, bukan jangka pendek. Buka pasar [ekspor] gak bisa hari ini selesai, butuh waktu, strategi yang handal, dan channel distribusi," kata Chatib.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar US$870 juta. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$13,41 miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$14,28 miliar. 

Realisasi ekspor nonmigas per Januari 2020 mencapai US$12,61 miliar atau turun 5,33 persen dibandingkan Desember 2019. Jika mengacu pada periode yang sama tahun lalu, ekspor januari 2020 turun sebesar 0,69 persen (yoy). 

Penurunan ekspor nonmigas Januari 2020 terhadap Desember 2019 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewani/nabati sebesat US$703,2 juta (34,08 persen). Di sisi lain, terjadi peningkatan pesat pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$219 juta (57,84 persen). 

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada Januari 2020 mencapai US$14,28 miliar. Realisasi tersebut turun dari US$14,51 miliar pada Desember 2019 atau 1,6 persen (mtm) dan merosot dari US$14,99 miliar pada Januari 2019 atau setara dengan 4,78 persen (yoy). 

Impor nonmigas Januari 2020 mencapai US$12,29 miliar. Impor nonmigas tercatat turun 0,69 persen dibandingkan Desember 2019 (mtm) dan 7,85 persen dibandingkan Januari 2019 (yoy). 

Lebih lanjut, impor migas Indonesia pada awal 2020 tercatat US$1,99 miliar atau turun 6,85 persen (mtm) dan mengalami kenaikan 19,95 persen (yoy). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Oktaviano DB Hana
Terkini