Biaya Penerbitan Obligasi ‘Murah’, Korporasi Masih Wait and See

Bisnis.com,24 Feb 2020, 20:26 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Biaya dana (cost of fund) penerbitan obligasi yang terbilang murah ternyata belum cukup menjadi alasan korporasi untuk buru-buru menerbitkan surat utang. Saat ini korporasi cenderung menunggu situasi stabil untuk melakukan aksi.

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengamini saat ini merupakan momentum yang positif bagi korporasi yang ingin menerbitkan surat utang, apalagi dengan adanya penurunan suku bunga yang semakin menekan cost of fund.

Namun, dia menilai situasi perekonomian saat ini masih menjadi fokus utama bagi korporasi. Meski cukup optimistis dengan kinerja 2020, tapi adanya sentimen negatif seperti wabah virus corona atau Covid-19 membuat korporasi cenderung wait and see.

Desmon mengatakan para pelaku usaha tampaknya masih akan menunggu sampai akhir kuartal pertama tahun ini. Pertama, untuk melihat sejauh mana perkembangan wabah Corona. Kedua, untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai target.

“Kalau [pertumbuhan ekonomi] di bawah 5 persen, rasanya mereka juga akan ragu. Intinya mereka melihat ekspektasi pertumbuhan ekonomi akan seperti apa,” katanya pada Bisnis, Senin (24/2/2020).

Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi masih stabil di kisaran 5 persen, Desmon memprediksi akan banyak korporasi yang menerbitkan obligasi, terutama mereka yang memiliki surat utang jatuh tempo pada tahun ini.

Nature-nya korporasi itu kan refinancing, kalau ada yang jatuh tempo mereka terbitkan yang baru minimal sebesar yang jatuh tempo itu,” tambahnya.

Korporasi yang akan melakukan refinancing, kata Desmon, akan diuntungkan oleh keadaan ini karena dapat membuat obligasi baru dengan cost of fund lebih murah, ditambah yield yang juga tengah tertekan.

Hal yang sama juga berlaku bagi emiten yang akan melakukan ekspansi. Momentum saat ini dapat menjadi periode yang baik untuk mengumpulkan pendanaan.

“Tapi ya kalau bicara soal ekspansi ini kita harus melihat demand juga, saat ini kan pertumbuhan konsumsi juga masih flat-flat saja,” tambahnya.

Mengenai sektor, menurutnya sejauh ini sektor keuangan yakni perbankan dan multifinance masih tetap jadi yang dominan. Diikuti oleh emiten BUMN yang memang kini dituntut memiliki diversifikasi pendanaan.

Dari sektor lain, emiten telekomunikasi dan karya diperkirakan akan menerbitkan obligasi lebih banyak tahun ini. Begitu pula dengan emiten dari sektor konsumer dan aneka industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini