IHSG Jeblok, Ini yang Harus Diperhatikan Investor

Bisnis.com,28 Feb 2020, 20:08 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkulai tak berdaya dalam selama sepekan terakhir. Di tengah kinerja pasar saham yang berdarah-darah, kalangan analis menyarankan investor untuk menahan diri sambil mengamati kondisi pasar terkini.

Pada perdagangan hari ini, Jumat (28/2/2020), IHSG ditutup melemah 1,50 persen atau 82,99 poin ke level 5.452,70, level terendah sejak Mei 2017. Sebelumnya pada perdagangan Kamis (27/2/2020), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 5.535,69 dengan penurunan 2,69 persen.

Beberapa saham berkapitalisasi besar ikut anjlok, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang terkoreksi 4,91 persen. Saham perbankan lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga terjerembab. Saham BBNI turun 9,65 persen sedangkan BRI 7,10 persen.

Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan ada dua strategi yang dapat dipilih oleh para investor. Opsi pertama adalah menahan diri sambil mengamati situasi, karena pasar masih belum dapat ditebak akan turun sejauh apa.

Adapun opsi kedua, investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk melakukan serok bawah alias buy on weakness terhadap saham-saham berkapitalisasi besar atau big caps, karena banyak saham yang terdiskon di tengah kondisi ini.

“Bisa mulai belanja saham tapi banyak-banyak dulu. Tapi kalau untuk yang paling aman sih, saya sarankan wait and see. Kita lihat dulu pasar akan [turun] sejauh apa,” katanya kepada Bisnis, Jumat (28/2/2020).

Senada, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menyarankan investor untuk mencermati saham yang sudah undervalue dengan fundamental yang solid.

“Hal ini karena perusahaan yang memiliki fundamental bagus, namun harga sahamnya tergerus karena terkena technical issue seperti panic selling ini pasti akan kembali diburu oleh investor ketika market sudah mulai kondusif,” jelas Hendriko kepada Bisnis, Jumat (28/2/2020).

Sementara itu Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan saat ini pelaku pasar lebih baik bersikap defensif sambil menunggu waktu yang tepat untuk masuk kembali ke pasar. 

Be defensive, hold cash. Tunggu waktu tepat untuk masuk kembali ke pasar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini