Musim Gugur Saham Bank Kakap, Kapitalisasi Amblas Rp104 Triliun

Bisnis.com,28 Feb 2020, 18:06 WIB
Penulis: Hafiyyan
Trader berjalan saat ticker menampilkan harga saham di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Indonesia./ Dimas Ardian - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual di pasar saham turut menyeret saham-saham perbankan berkapitalisasi jumbo. Padahal, biasanya portofolio tersebut menjadi pilihan di tengah fluktuasi pasar.

Sepanjang 2020, kapitalisasi pasar empat bank jumbo pun terkikis Rp104,39 triliun. Empat bank jumbo yang dimaksud adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

Kapitalisasi pasar BBNI terkoreksi paling dalam, yakni menurun 11,74 persen secara year to date (ytd) atau Rp15,38 triliun menjadi Rp131,01 triliun per Jumat (28/2/2020). Pada akhir 2018, kapitalisasi pasar BBNI mencapai Rp146,39 triliun.

Selanjutnya, pemegang kapitalisasi pasar terbesar, yakni BBCA, juga tak lepas dari aksi jual. Kapitalisasi pasarnya secara ytd terkoreksi 6,28 persen atau Rp48,69 triliun menjadi Rp775,4 triliun.

Kapitalisasi pasar BMRI terkoreksi 5,5 persen atau Rp18,67 triliun menjadi Rp358,17 triliun. Adapun, kapitalisasi pasar BBRI turun 4,19 persen atau Rp21,65 triliun menuju Rp516,82 triliun.

Tabel Penurunan Kapitalisasi Pasar Bank Jumbo pada 2020

ytd (%)Nilai (Rp triliun)
BBCA-6.28-48.69
BBRI-4.19-21.65
BMRI-5.50-18.67
BBNI-11.74-15.38
-104.39

Berdasarkan data yang dihimpun sejak 2011, kapitalisasi pasar empat bank jumbo cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini sejalan dengan peningkatan minat pasar di saham-saham tersebut.

Namun, pada 2020 kedigdayaan kapitalisasi pasar bank jumbo ikut terkikis seiring dengan berkurangnya minat investor di pasar saham. Dampak ekonomi dari virus corona menjadi kehawatiran utama.

Sejalan dengan penurunan kapitalisasi pasar, harga saham perusahaan pun mengalami koreksi. Harga saham BBCA terkoreksi 5,91 persen secara ytd menjadi Rp31.400.

Saham BBRI terkoreksi 4,77 persen secara ytd menuju Rp4.190, BMRI menurun 5,21 persen menjadi Rp7.275, dan BBNI jatuh 10,51 persen ke level Rp7.025.

Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali beranggapan anjloknya harga saham BMRI dikarenakan investor profit taking setelah mendapat dividen yang dibagikan pada hari ini.

Penurunan harga saham BMRI, kata Frederik, karena masa ex-date setelah cum date atau pencatatan pemegang saham yang masuk hitungan pembagian dividen pada 27 Februari 2020.

"Di samping itu, penurunan harga saham terjadi karena ditambah tekanan jual juga," katanya kepada Bisnis, Jumat (28/2/2020).

Sementara itu, bank lainnya, Frederik menilai sentimen global karena perlambatan ekonomi global maupun domestik sangat berpengaruh ke penurunan harga saham emiten bank.

Namun demikian, dalam jangka panjang, saham perbankan terutama yang berkapitalisasi besar menurutnya masih bisa menjadi pilihan karena pertumbuhan dari industri tentunya seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Saat mengalami penurunan saat ini, justru saham kapitalisasi besar dan yang rajin membagikan dividen cocok untuk menjadi sasaran investasi," katanya

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan menurunnya kapitalisasi pasar disebabkan aksi jual saham yang cukup banyak. Ketika saham terkoreksi, akumulasinya tergambar dalam kapitalisasi pasar.

Di sisi lain, dampak ekonomi dan bisnis dari penyebaran virus corona di luar China saat ini menjadi sentimen utama yang diperhatikan pasar. Mereka khawatir kredit macet akan meningkat dan nantinya menyebabkan resesi. Hal inilah yang membuat minat terhadap saham perbankan terkikis.

Hans mengatakan, anjloknya saham BBRI kemarin, selain karena minat saham bank yang menurun, juga disebabkan sudah lewatnya masa cum date yang jatuh pada Rabu (26/2/2020). Oleh karena itu, harga sahamnya dapat terkoreksi sesuai dividen yield, yakni 3,75 persen.

“Cuma memang turun sahamnya [BBRI] lebih dalam dari dividen yield-nya. Karena sementara orang menghindar dari saham bank. BMRI juga terpengaruh cum date dividen,” imbuhnya.

Pada penutupan perdagangan Jumat (28/2/2020), IHSG ditutup melemah 1,50 persen atau 82,99 poin ke level 5.452,70, level terendah sejak Maret 2017.

Sejalan dengan penurunan indeks, kapitalisasi pasar di BEI juga menurun Rp95,86 triliun menjadi Rp6.304 triliun. Penurunan tersebut terbilang mendingan dari sebelumnya Rp177,14 triliun.

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
PeriodeKapitalisasi (Rp triliun)Perubahan (Rp triliun)IHSG
28 Februari6.304-95,865.452,7
27 Februari6.399,86-177,145.535,69
26 Februari6.577-113,595.688,92
25 Februari6.690,6-23,145.787,14
24 Februari6.713,73-86,895.807,05
21 Februari6.800,62-69,695.882,25

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini