Jurus Bank Sentral Global Amankan Pasar dari Virus Corona

Bisnis.com,03 Mar 2020, 08:46 WIB
Penulis: Reni Lestari
Jerome Powell/

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral global berusaha meyakinkan pasar mengenai kesiapan menghadapi dampak wabah virus corona ketika kekhawatiran meningkat dan risiko penyebarannya mendorong ekonomi dunia menuju resesi.

Bank Sentral AS dan Jepang menjanjikan upaya yang cukup untuk memastikan pasar keuangan yang stabil. Sedangkan para pemimpin International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia mengatakan siap membantu negara-negara anggota. Di sisi lain, para menteri keuangan dan pejabat moneter group of 7 (G7) akan berbicara melalui telekonferensi pada hari ini.

Intensifikasi pengambilan kebijakan itu mengikuti peringatan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) bahwa ekonomi dunia sekarang menghadapi bahaya terbesar sejak krisis keuangan lebih dari satu dekade lalu.

Dengan pertumbuhan global berada pada titik terlemah sejak 2009, OECD mengatakan wabah yang berlangsung lebih lama dapat mengakibatkan dapat penurunan hingga 1,5 persen, mendekati resesi.

Beberapa hari setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell membuka peluang penurunan suku bunga, terjadi rebound pada saham di seluruh dunia dan menjadikan ekuitas AS menuju kenaikan pertama dalam delapan sesi. Dalam sebuah pernyataan, Gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda mengatakan akan berusaha untuk menyediakan likuiditas yang cukup dan memastikan stabilitas di pasar keuangan.

Bank of England mengikuti langkah tersebut dengan menyatakan pihaknya bekerjasama dengan otoritas internasional untuk memastikan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi stabilitas keuangan dan moneter.

Pasar uang saat ini menunggu momentum Fed menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin bulan ini, dan Bank Sentral Eropa akan menurunkan suku bunganya sebesar 10 basis poin. BOE juga diharapkan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.

Ekonom di Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan Fed pada akhirnya akan memangkas 100 basis poin pada semester pertama tahun ini. Bahkan, ada spekulasi bahwa bank sentral AS akan bergerak sebelum para pembuat kebijakannya berkumpul pada 17-18 Maret, dan beberapa ekonom melihat potensi untuk pemotongan terkoordinasi secara internasional untuk pertama kalinya sejak 2008.

"Bank sentral global sangat fokus pada risiko penurunan. Kami menduga bahwa mereka melihat dampak dari langkah yang terkoordinasi pada kepercayaan diri lebih besar dari jumlah dampak dari setiap gerakan individu," kata ekonom Goldman Jan Hatzius, dilansir Bloomberg, Selasa (3/3/2020).

Investor semakin bertaruh atas bank sentral Australia, Kanada dan Malaysia yang diyakini akan merilis kebijakan pelonggaran pada pertemuan minggu ini.

Dengan suku bunga yang sudah rendah, pemerintah mungkin perlu berbuat lebih banyak untuk mendukung permintaan. Morgan Stanley memperkirakan defisit fiskal gabungan dari empat negara maju terbesar plus China akan mencapai setidaknya 4,7 persen dari produk domestik bruto global tahun ini, terbesar sejak 2011.

Italia sudah berusaha memperluas defisit anggarannya untuk membayar setidaknya 3,6 miliar euro (US$4 miliar) dalam langkah-langkah ekonomi darurat yang diusulkan.

"Bank-bank sentral hampir pasti semua akan mendorong satu bentuk pelonggaran atau lainnya," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd. di Singapura. Bank of Japan membantu pasar dengan menawarkan pembelian 500 miliar yen (US$4,6 miliar) obligasi pemerintah untuk menyediakan likuiditas.

ECB, yang sejauh ini belum menerbitkan pernyataan, juga membatasi suku bunga deposito minus 0,5 persen. Para pembuat kebijakan enggan untuk mengurangi suku bunga lebih lanjut mengingat kekhawatiran perbankan yang sudah melihat margin keuntungannya diperas oleh suku bunga negatif.

Pada hari Senin, Wakil Presiden Luis De Guindos mengisyaratkan bahwa masih ada sentimen yang berlaku. "Tanggapan utama harusnya kebijakan fiskal. Ketika Anda memiliki masalah, Anda tidak selalu dapat melihat bank sentral," katanya pada sebuah konferensi di London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini