Bukan Soal Corona, Pencabutan GSP Berpotensi Tekan Ekspor Jateng

Bisnis.com,04 Mar 2020, 20:00 WIB
Penulis: Edi Suwiknyo
Suasana bongkar muat kontainer di Terminal Peti Kemas (TPKS), pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Jumat(16/1/2015)./Bisnis-Juli Nugroho

Bisnis.com, SEMARANG – Aktivitas ekspor di Pelabuhan Tanjung Emas belum terdampak penyebaran virus corona atau covid – 19.

Kendati demikian, para pelaku usaha perlu menyiapkan langkah antisipasi, karena faktor lain di luar virus corona misalnya ancaman pencabutan Generalized System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat berpotensi menekan ekspor Jateng.

Data Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPP) Bea Cukai Tipe Madya Tanjung Emas menunjukkan jumlah pemberitahuan ekspor barang (PEB) dari Jawa Tengah ke negara-negara tujuan ekspor naik tipis dari 12.928 PEB pada Februari 2019 menjadi 13.801. Begitupula dari jumlah teus (twenty foot equivalent unit) yang naik dari 25.590,5 teus menjadi 25.979 teus.

Kepala KPP BC Tipe Madya Tanjung Emas Anton Martin mengatakan peningkatan kinerja tersebut terjadi karena tujuan sebagian besar komoditas ekspor Jateng bukan China melainkan ke Amerika Serikat dan Jepang. Sedangkan China berada di peringkat ketiga tujuan ekspor utama Jawa Tengah.

“Eksportasi melalui Tanjung Emas masih berangsur normal,” kata Anton kepada Bisnis, Rabu (4/3/2020).

Sampai 29 Februari 2020, total devisa ekspor Jateng ke AS dan Jepang masing-masing senilai Rp4,49 triliun dan Rp1,43 triliun. Jumlah ini melebihi ekpor Jateng ke China yang pada Februari lalu mencapai Rp1,01 triliun.

Selain tiga negara tersebut, negara lain yang menjadi tujuan ekapor Jateng adalah Jerman dan Singapura yang masing-masing senilai Rp786,5 miliar dan Rp569,1 miliar.

Kendati demikian, Anton menyebutkan, langkah pemerintah AS yang memasukan Indonesia sebagai negara maju berpotensi menekan ekspor Jateng. Apalagi, selama ini komoditas ekspor Jateng ke Amerika Serikat sepeti produk kayu dan tekstil menikmati insentif tarif preferensial umum atau GSP dari pemerintah negeri Paman Sam tersebut.

“Status negara maju bisa menghilangkan insentif GSP. [Padahal] ekspor Jateng ke AS di antaranya produk kayu dan tekstil,” ungkapnya.

Adapun, Anton menyebut lima komoditas ekspor utama Jateng mencakup garmen, furniture, benang dan pangan olahan, dan kayu semi olahan. Empat komoditas utama di luar pangan olahan, sebagian merupakan komoditas utama dari Jateng yang diekspor ke Amerika Serikat.

Dengan demikian, empat komoditas tersebut kemungkinan besar akan terdampak jika AS jadi mencabut fasilitas GSP. "Produk kayu dan tekstil tujuan AS yang mungkin kena dampak,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini