Tren Positif Harga Batu Bara Belum Bisa Jadi Acuan

Bisnis.com,05 Mar 2020, 19:02 WIB
Penulis: Yanita Petriella
Sebuah trailer sedang mengangkut lapisan tanah di area pertambangan PT Golden Energy Mines Tbk./goldenenergymines.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha batu bara menyatakan tren positif kenaikan harga batu bara belum dapat dijadikan acuan rebound.

Untuk diketahui, Harga Batubara Acuan (HBA) kembali merangkak naik pada Maret mencapai US$67,08 per ton.

Kenaikan tersebut 0,28 persen dari posisi pada Februari yang sebesar US$66,89 per ton. Adapun HBA di Januari sebesar US$65,93 per ton

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Baru Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan masih terlalu dini untuk menyebut adanya tanda positif akan menguatnya harga batu bara di enam bulan pertama tahun ini.

"Di kuartal I [tiga bulan pertama] sendiri rerata harga dikisaran US$65 per ton hingga US$66 per ton," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/3/2020).

Ada beberapa hal yang menyebabkan tren positif awal tahun belum dapat dijadikan acuan, a.l indikator yang digunakan adalah trend HBA di kuartal I yang masih mengalami ketidakpastian.

"Terlebih ke depannya bisa saja ada faktor eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga," katanya.

Dia menambahkan HBA ini sulit untuk dijadikan indikator referensi pergerakan harga di pasar mengingat bahwa HBA pada dasarnya adalah rerata dari 4 indeks di bulan sebelumnya.

Adapun keempat indeks tersebut yakniBulanan Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC) dan Platt's 5900.

"Misalnya, untuk HBA Maret itu menggunakan rerata 4 indeks bulan Februari," ucap Hendra.

Bulan lalu memang permintaan dari China lumayan tinggi karena libur Tahun Baru China yang diperpanjang.

Lalu juga karena belum stabilnya pasokan batu bara domestik di China karena industri tambang batu bara juga pada saat itu belum beroperasi penuh.

"Sementara demand dari negara lain belum kelihatan ada peningkatan sejauh ini," tutur Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini