Intervensi BI Sumbang Penyusutan Cadev Februari

Bisnis.com,09 Mar 2020, 08:52 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (21/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Kegiatan intervensi bank sentral Tanah Air ikut menekan cadangan devisa pada akhir Februari 2020.

Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa cadangan devisa Indonesia turun dari US$131,7 miliar pada Januari 2020 ke US$130,4 miliar pada Februari 2020. 

Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi menilai turunnya cadangan devisa terjadi saat modal asing keluar dari Indonesia lantaran sentimen negatif virus Corona (Covid-19) dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"[Selain itu] Penurunan cadangan devisa ini juga disebabkan intervensi BI di pasar valuta asing dengan menjual dolar Amerika untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah," katanya dalam keterangan resmi, Senin (7/3/2020).

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan pihaknya akan terus memantau dan berada di pasar keuangan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah situasi ketidakpastian akibat virus Corona.

Ada tiga langkah yang dilakukan BI untuk menjaga nilai tukar rupiah, yaitu intervensi di pasar spot, relaksasi domestic non-delivery forward (DNDF), dan pembelian surat berharga negara (SBN) yang dilepas investor di pasar sekunder.

Menurutnya, BI sudah melakukan triple intervention sejak dulu. Namun, intensitasnya dinaikkan guna mencegah penurunan nilai tukar rupiah lebih dalam akibat masifnya sentimen negatif yang berasal dari penyebaran Covid-19.

Perry mengatakan BI telah menggelontorkan dana sebesar Rp100 triliun untuk membeli SBN yang dijual investor asing. Lebih lanjut, sebanyak Rp80 Triliun dibeli Bank Sentral sejak akhir Januari atau saat merebaknya wabah virus Corona di Wuhan, China.

Pada 3 Maret 2020, US Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan US Fed Funds Rate (US FFR) sebesar 50 basis points (bps) dari rentang 1,50% - 1,75% ke rentang 1,00% - 1,25% untuk memitigasi dampak dari wabah virus Covid-19 pada pertumbuhan ekonomi AS.

Indeks bursa-bursa saham dunia bergerak bervariasi pada pekan lalu. Indeks S&P 500 naik dari 2.954 pada penutupan perdagangan 28 Februari 2020 ke 2.972 pada penutupan perdagangan 6 Maret 2020, dan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik dari 25.409 ke 25.865.

Pada periode yang sama, indeks Euro Stoxx-50 turun dari 3.329 ke 3.232, indeks Nikkei-225 turun dari 21.143 ke 20.750, dan indeks Shanghai Composite naik dari 2.880 ke 3.035.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) naik dari 5.453 pada penutupan perdagangan 28 Februari 2020 ke 5.499 pada penutupan perdagangan 6 Maret 2020.Pada periode yang sama, nilai tukar Rupiah (berdasarkan data JISDOR Bank Indonesia) melemah dari 14.234 per USD ke 14.267 per USD.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menegaskan bank sentral masih menilai cadangan devisa per Februari 2020 tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, a.l. melalui peningkatan intensitas triple intervention

Selain itu, BI menyiratkan agar semua pihak tidak perlu khawatir. Pasalnya, pemerintah akan meluncurkan paket kebijakan yang mendukung pemasukan cadangan devis selama masa krisis virus corona yang menjangkiti banyak negara, termasuk Indonesia. 

"Kebijakan struktural pemerintah untuk meningkatkan ekspor barang dan jasa akan meningkatkan pemasukan devisa bagi RI," ujar Deputi Gubernur BI kepada Bisnis, Sabtu (7/3/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini