Gara-Gara Virus Corona, Dana Asing Kabur Rp40,16 Triliun

Bisnis.com,11 Mar 2020, 14:32 WIB
Penulis: Maria Elena
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan sejak awal 2020 atau secara year to date (ytd), arus modal asing kabur sebesar Rp40,16 triliun dari pasar modal.

"Dampak sementara virus corona secara year to date terjadi outflow netto di SBN [Surat Berharga Negara] dan saham sebesar Rp40,16 triliun. Pada Januari 2020 masih terjadi net inflow, begitu 25 Januari 2020, virus corona merebak sehingga terjadi outflow," katanya, Rabu (11/3/2020).

Perry merinci netto outflow dari obligasi pemerintah sebesar Rp31,76 triliun, sedangkan dari saham sebesar Rp4,87 triliun terutama terjadi pada Februari dan Maret 2020 setelah virus corona menyebar ke luar China.

Dia mengatakan sektor finasial merupakan salah satu sektor yang paling berdampak. Pasalnya investor asing sulit mengukur risiko dari ketidakpastian ekonomi, sehingga investor asing lebih memilih mengkonversikan aset yang dimiliki menjadi cash atau emas.

Namun, kata Perry, aset yang dijual tersebut masih mengendap di rekening bank di Indonesia, pasalnya investor masih wait and see dan menunggu momentum yang tepat untuk kembali membeli SBN dan saham.

Lanjutnya, Bank Indonesia berkomitmen tetap menstabilkan pasar. Salah satu yang dilakukan adalah dengan cara mengintensifkan penjualan valuta asing, seperti dolar Amerika Serikat secara domestic non-delivery forward.

Di samping itu, stabilitas pasar juga dilakukan dengan langkah Bank Indonesia dengan membeli surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder, telah dilakukan sejak Januari 2020 sebesar Rp110 triliun.

"Strategi itu yang kami sebut triple invention, kami stabilkan dengan mensuplai valas dan beli SBN di pasar sekunder," jelas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini