Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Amar Indonesia Tbk. menyambut baik kebijakan Otoritas Jasa Keuangan yang memberikan stimulus kepada UMKM akibat virus corona (covid-19).
Corporate Secretary (Corsec) BRI Amam Sukriyanto mengatakan saat ini perseroan sedang mengidentifikasi debitur-debitur yang berpotensi mengalami penurunan usaha. Selanjutnya, BRI akan mempersiapkan langkah-langkah restrukturisasi pinjaman untuk debitur yang mengalami penurunan usaha.
Menurutnya, sebagai salah satu bentuk mitigasi, perseroan akan melakukan restrukturisasi secara selektif dengan fokus pada debitur-debitur yang memiliki kualitas untuk dapat langsung menjadi lancar setelah dilakukan restrukturisasi kredit.
"BRI menyambut baik relaksasi tersebut. Saat ini kami sedang mengidentifikasi debitur-debitur yang berpotensi mengalami penurunan usaha," katanya kepada Bisnis, Jumat (13/3/2020).
Seperti diketahui, BRI menargetkan akan semakin fokus menyalurkan kredit ke UMKM dengan porsi mencapai 80 persen hingga 2022. Pada tahun lalu, perseroan menyalurkan kredit senilai Rp907,4 triliun dengan porsi UMKM senilai Rp700 triliun atau dengan porsi mencapai 78 persen.
Artinya dengan target tersebut, penyaluran kredit ke UMKM terus mengalami peningkatan. Adapun, rasio non-performing loan (NPL) kredit mikro pada 2019 mencapai 1,18 persen, kredit medium 5,38 persen, dan small commercial 3,17 persen, BUMN 1,73 persen, korporasi 8,75 persen, dan konsumer 1,10 persen.
Direktur Utama Amar Bank Vishal Tulsian mengatakan langkah OJK tersebut tepat dilakukan karena langsung ditargetkan pada pemilik bisnis, yakni UMKM. Kebijakan stimulus langsung ke usaha kecil lebih tepat daripada memberikan stimulus tidak langsung melalui korporasi.
Menurutnya, langkah OJK tersebut juga cukup proaktif dalam mencegah pelruasan dampak kerugian atas virus corona atau covid-19.
"Ini memberikan kenyamanan bahwa kepemimpinan negara akan mengambil semua tindakan yang diperlukan. Kami akan bersama-sama untuk menumbangkan dampak virus corona," katanya.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual juga menilai kebijakan tersebut tepat karena sektor yang diberikan stimulus diperluas hingga UMKM. Kebijakan ini dinilai sebagai perbaikan atas kebijakan sebelumnya yang hanya mmeberikan stimulus pada debitur terdampak virus corona.
Hanya saja, stimulus dari OJK maupun Bank Indonesia tetap tidak akan berdampak banyak, jika insentif fiskal tidak bertambah. Pasalnya, 60 persen ekonomi Indonesia digerakkan oleh sektor konsumsi.
Kebijakan di sektor finansial tetap harus dibarengi dengan kebijakan fiskal yang mampu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.
"Karena ya memang harusnya semua sektor, memang kekhawatiran awal manufaktur, tetapi bisa berdampak juga ke sektor lain, perlu kontigensi policy untuk mengantisipasi itu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel