Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) menilai bahwa momentum penurunan kinerja pasar modal merupakan waktu untuk membeli saham. Kondisi tersebut harus dimanfaatkan industri dana pensiun sebagai pengelola dana jangka panjang.
Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK Syarif Yunus menjelaskan bahwa pihaknya menghimbau perusahaan-perusahaan DPLK dan pesertanya agar memanfaatkan kondisi saat ini untuk membeli saham atau masuk ke pasar bursa. Menurutnya,koreksi saham merupakan momentum yang tepat untuk menambah investasi jangka panjang.
Syarif menjelaskan bahwa industri dana pensiun, khususnya DPLK, perlu mengambil momentum saat ini agar mendapatkan imbal hasil optimal. Capaian tersebut menurutnya bukan hanya akan menguntungkan perseroan tetapi juga memberi manfaat lebih bagi para pesertanya.
"Langkah ini sekaligus untuk memulihkan pasar finansial di tengah kondisi indeks harga saham gabungan [IHSG] yang merosot. Namun tentunya, harus dilakukan dengan pertimbangan bisnis yang rasional," ujar Syarif kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).
Dia menjelaskan bahwa potensi penambahan alokasi investasi ke pasar modal dalam kondisi saat ini belum dapat diperkirakan. Sebagai acuan, Syarif menjelaskan bahwa saat ini, investasi industri DPLK di instrumen saham berkisar 7%–9% dari total investasi.
Adapun, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan, total investasi industri dana pensiun per Januari 2020 senilai Rp282,1 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp29,08 triliun atau 10,3% di antaranya ditempatkan di saham dan Rp14,5 triliun atau 5,1% di antaranya ditempatkan di reksadana.
Syarif menilai bahwa edukasi mengenai investasi menjadi hal penting yang harus dilakukan kepada para peserta DPLK. Edukasi mengenai saham sebagai alternatif investasi dan momentum tepat saat ini perlu disampaikan lebih gencar lagi, agar dana untuk masa pensiun bisa lebih optimal.
"Kenapa saham? Karena instrumen saham merupakan salah satu instrumen investasi yang bertujuan untuk mendapatkan return yang optimal dalam jangka panjang. Harusnya potensinya besar," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel