Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan pinjaman untuk keperluan pendidikan di Indonesia terus mengalami peningkatan tiap tahun. Hal ini ditangkap dengan baik oleh sejumlah pelaku usaha teknologi finansial (tekfin/fintech) sebagai peluang mengerek bisnisnya.
VP of Marketing Growth KoinWorks Frecy Ferry Daswaty mengatakan peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan biaya pendidikan yang terjadi tiap tahun.
Adapun, lanjutnya, tingginya permintaan terhadap kebutuhan dana pendidikan tergambar dari jumlah penyaluran pinjaman untuk pembiayaan pendidikan yang terus meningkat.
"Bahkan, pada akhir Desember 2019 lalu pertumbuhan penyalurannya mencapai lebih dari 300 persen dari tahun sebelumnya," ujar Frecy kepada Bisnis, Selasa (17/3/2020).
Adapun, hingga akhir tahun lalu peningkatan penyaluran pinjaman untuk pembiayaan pendidikan oleh KoinWorks mencapai 314 persen. Tahun ini, perusahaan menargetkan peningkatan angka penyaluran hingga 2 kali lipat serta dapat bekerja sama dengan lebih banyak institusi pendidikan.
Sebagai strategi, lanjutnya, KoinWorks mulai melakukan pendekatan ke calon-calon mahasiswa dengan mengunjungi sekolah-sekolah, termasuk ke universitas.
Upaya tersebut bertujuan mengedukasi para pelajar agar tidak khawatir dalam menggunakan layanan pinjaman pendidikan.
"Pasti banyak dari mereka yang takut pinjaman tersebut malah akan membebankan, jadi kami edukasi di bagian itu," sambungnya.
Proses edukasi sendiri merupakan tantangan utama bagi perusahaan fintech lending di sektor pendidikan. Pasalnya, banyak para pelajar yang merasa belum perlu mengambil cicilan untuk biaya pendidikan.
Alhasil, lanjutnya, calon mahasiwa memilih untuk menyesuaikan pilihan universitas dengan bujet yang tersedia. Padahal, kesempatan bagi calon mahasiswa tetap bisa mendapatkan pendidikan di universitas dengan kualitas pendidikan lebih baik dinilai masih sangat terbuka.
Sejauh ini, tingkat keberhasilan pinjaman mulai dari pengajuan hingga pengembalian di Koinworks di atas 80 persen dengan persentase non performing loan (NPL) di bawah 1 persen.
Dihubungi terpisah, CEO & Co-Founder Dana Didik Dipo Satria R. mengatakan peningkatan jumlah permintaan pinjaman untuk keperluan pendidikan yang tidak diiringi dengan kesiapan perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam menyalurkan pinjaman menjadi peluang bagi fintech student loan.
Menyambut peluang tersebut, Dana Didik melakukan kerja sama dengan beberapa kampus di seluruh Indonesia, terutama kampus-kampus di luar kota besar.
"Selain itu, kami fokus pada kegiatan visit campus untuk mengenalkan Dana Didik sekaligus memberikan literasi keuangan pada mahasiswa-mahasiswa Indonesia," ujar Dipo kepada Bisnis.
Masyarakat, sambungnya, perlu diberikan literasi keuangan yang lebih baik serta dikenalkan kepada produk-produk lembaga keuangan dengan legalitas yang jelas untuk mengubah stigma negatif yang melekat kuat di masyarakat terhadap perusahaan fintech lending dan pinjaman online.
Terkait dengan skema peminjaman, perusahaan menerapkan sistem penilaian internal dengan menganalisa berbagai data, meliputi pendapatan orang tua, potensi kerja (employability), serta data-data lain.
Adapun, lanjut Dipo, potensi kerja merupakan salah satu variabel paling penting. Dari variabel ini, perusahaan menganalisa seberapa cepat seseorang dapat bekerja setelah lulus dari pendidikan tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel