Tekan Beban Tenaga Kerja, Begini Strategi Bank Mandiri

Bisnis.com,17 Mar 2020, 21:24 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Nasabah melakukan transaksi elektronik lewat ATM Bank Mandiri di Jakarta, Senin (1/10/2019). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. melakukan shifting dan reskilling pegawai untuk efisiensi seiring dengan peningkatan investasi teknologi digital.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan mengatakan shifting dan reskilling dipilih untuk menghindari pemutusan tenaga kerja. Selain itu, Bank Mandiri juga tidak melakukan perekrutan tenaga kerja baru.

Menurutnya, penggunaan teknologi digital, memiliki dampak efisiensi proses operasional. Layanan diperkirakan akan cukup signifikan, yakni proses lebih simple, cepat, dan akurat untuk memberikan customer experience.

Meskipun meningkatkan efisiensi proses operasional, dia mengakui penggunaan teknologi digital tersebut juga berdampak dari aspek pegawai. Hanya saja, Bank Mandiri tetap berupaya meminimalkan dampak dan melakukannya bertahap.

"Kami fokuskan ke re-skilling dan pengembangan kebutuhan new job seperti programmer, scrum master, penetration test officer, security officer, workflow, decision engine, dan lain-lain," katanya kepada Bisnis, Selasa (17/3/2020).

Menurutnya, investasi digital memang sudah dianggarkan dari awal tahun sebelum ada wabah virus corona (covid-19), sehingga investasinya tidak terpengaruh. Bahkan, penerapan teknologi ini dinilai semakin menguntungkan di tengah kebijakan work from home untuk meminimalisir dampak covid-19.

"Kebijakan work from home yang sudah ditetapkan bertahap ini akan memberikan efisiensi di beberapa biaya, misal biaya listrik kantor, biaya lembur dan bahkan biaya transportasi terkait perjalanan korespondensi karena semua dilakukan lewat elektronik," sebutnya.

Adapun, dalam lima tahun ke depan Bank Mandiri memang akan melakukan shifting ke modern digital banking dengan menyasar segmen retail dan consumer.

Seiring dengan beralih ke modern digital banking, Bank Mandiri meningkatkan biaya modal atau capital expenditure dalam pengembangan digital. Setidaknya, biaya modal IT memiliki porsi 30 persen dari total capex atau naik dari Rp1,7 triliun ke Rp2,3 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini