Malaysia Lockdown, Maskapai Wajib Siapkan Skenario Terburuk

Bisnis.com,17 Mar 2020, 21:07 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Warga menggunakan masker saat berjalan di Stasiun Ampang Park, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (17/3/2020). Perdana Menteri Muhyiddin Yassin menyatakan bahwa Malaysia mulai membatasi pergerakan orang secara nasional untuk membatasi penyebaran virus corona. Negara itu melarang semua pengunjung, dan penduduk dilarang bepergian ke luar negeri, tempat ibadah, sekolah dan tempat bisnis akan ditutup kecuali untuk pasar yang memasok kebutuhan sehari-hari. Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Industri penerbangan nasional harus bersiap menghadapi skenario terburuk atas kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang diterapkan oleh Malaysia mulai 18 Maret 2020 akibat pandemik virus Corona (Covid-19).

Pengamat penerbangan Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman memperkirakan jika Malaysia melakukan lockdown berdampak pada penutupan sementara bandara di wilayah itu. Alhasil, jumlah penerbangan maskapai berkurang jauh dan hanya ada sedikit frekuensi khusus untuk kebutuhan kargo.

“Industri ini harus prepare for the worst. Di luar negeri, maskapai juga sudah mengurangi kapasitas 80 hingga 100 persen alias berhenti terbang. Ini sudah the worst crisis untuk industri penerbangan,” jelasnya, Selasa (17/3/2020).

Selain itu, ujarnya, masa pemulihan setelah virus Covid-19 juga akan jauh lebih panjang dibandingkan dengan persitiwa global lainnya.

Dia mencontohkan ketika persitiwa World Trade Center atau yang dikenal dengan 9/11 dampaknya selama seminggu dan memerlukan pemulihan hingga tujuh bulan. Selanjutnya, epidemi virus SARS yang berlangsung selama tiga bulan sampai ke titik terendah, memerlukan pemulihan hingga sembilan bulan.

Gerry pun menilai jika nantinya kebijakan social distancing yang telah diberlakukan di Indonesia tidak efektif atau diabaikan, maka kemungkinan besar Indonesia juga akan mengarah kepada kebijakan karantina wilayah.

Namun dalam hal ini, maskapai juga memerlukan financial relief menghadapi krisis ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini