Rencana Stimulus Tak Mampu Redam Tekanan, Dow Jones Anjlok 5,7 Persen

Bisnis.com,18 Mar 2020, 21:00 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali tertakan di awal perdagangan meskipun pemerintah berencana menggolontorkan stimulus untuk meredam dampak virus corona (Covid-19) terhadap ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau merosot 5,71 persen atau 1.212,92 poin ke level 20.024,46 pada awal perdagangan Rabu (18/3/2020).

Sementara itu, indeks Standard & Poor’s 500 melemah 5,29 persen atau 133,83 ke level 2.395,36 pada pukul 20.32 WIB.  Adapun indeks Nasdaq Composite melemah 4,71 persen atau 345,56 poin ke posisi 6.989.22.

Indeks sempat ditutup menguat perdagangan Selasa (17/3/2020) setelah pemerintahan Trump mempertimbangkan pengeluaran hingga US$1 triliun dan Federal Reserve mengeluarkan program era krisis untuk menstabilkan pasar keuangan.

Dilansir Bloomberg, pemerintah AS telah berjanji atau tengah mempertimbangkan dukungan fiskal senilai US$1,14 triliun untuk mengimbangi guncangan ekonomi yang diakibatkan Covid-19, namun virus terus menyebar dengan kecepatan tinggi dan memaksa penutupan besar-besaran di seluruh dunia.

Sementara itu, sejumlah negara terus meningkatkan upaya membatasi pergerakan orang-orang dalam upaya mengatasi penyebaran virus. Gedung Putih memerintahkan pegawai pemerintah federal untuk bekerja dari rumah. Sementara itu, Eropa dan Taiwan memutuskan untuk menutup perbatasan.

"Unsur dasar yang hilang untuk pemulihan selera risiko yang berkelanjutan adalah beberapa bukti bahwa pertumbuhan tingkat infeksi Covid-19 secara global telah memuncak," kata Paul O'Connor, kepala investasi di Janus Henderson Investors.

"Jelas, kita belum sampai (pada titik itu)," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Rencana stimulus AS yang bertujuan untuk mencegah dampak terburuk dari krisis yang dapat menjerumuskan banyak ekonomi dunia ke dalam resesi diperkirakan mencapai US$1,2 triliun. Sementara itu, Federal Reserve memperkenalkan kembali kebijakan moneter tambahan untuk menstabilkan pasar keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini