KABAR PASAR: Tes Cepat Jangan Lambat, Ekonomi Terjangkiti Pandemi

Bisnis.com,20 Mar 2020, 08:02 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA – Berita mengenai butuhnya rencana pemerintah untuk melakukan tes cepat COVID-19 secara massal, salah satunya, menjadi sorotan edisi harian Bisnis Indonesia, Jumat (20/3/2020).

Berikut beberapa rincian topik utamanya:

Tes Cepat Jangan Lambat. Bisnis, JAKARTA — Rencana pemerintah untuk melakukan tes cepat atau rapid test COVID-19 secara massal harus segera dieksekusi dan didukung dengan ketersediaan fasilitas yang cukup agar penanganan pasien dapat dilakukan lebih dini.

Langkah tersebut juga harus dilakukan bersamaan dengan kebijakan social distancing yang lebih tegas. Apalagi banyak daerah ‘kecolongan’, lantaran masih ada aktivitas yang melibatkan ribuan orang.

Ekonomi Terjangkiti Pandemi. Pertumbuhan ekonomi nasional diprediksi hanya berada di level 4% pada tahun ini, menyusul beratnya tekanan yang dihadapi akibat pandemi virus corona atau COVID-19.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar 18—19 Maret 2020, Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional dari 5,0%—5,4% menjadi 4,2%—4,6%. Ini merupakan revisi kedua yang dilakukan oleh bank sentral.

APBN 2020 Butuh Perubahan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020 dinilai perlu diubah untuk memaksimalkan penanggulangan wabah virus corona atau COVID-19. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Akbar Susamto mengatakan bahwa virus corona yang berdampak pada aspek kesehatan dan perekonomian memerlukan respons yang serius dari pemerintah.

Bank Sentral Siap Serap Obligasi. Sejumlah bank sentral siap menyerap obligasi pemerintah di pasar yang belakangan tertekan karena sentimen pelebaran defi sit anggaran. Investor mengerek imbal hasil surat utang menyusul respons fi skal besar-besaran oleh beberapa negara untuk memerangi pandemi COVID-19.

European Central Bank (ECB) meluncurkan program pembelian obligasi darurat senilai 750 miliar euro atau US$820 miliar untuk menenangkan pasar dan melindungi ekonomi Eropa yang berjuang mengatasi dampak virus corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini