Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. bakal menjaga level biaya kredit atau cost of credit pada tahun ini sebesar 2 persen hingga 2,2 persen.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan pada tahun lalu credit cost perseroan tercatat sebesar 2,3 persen. Cost of credit tersebut disumbang oleh sektor industri pengolahan dan tekstil.
"Tahun ini credit cost akan kami jaga di level 2 - 2,2 persen," katanya kepada Bisnis, Senin (23/3/2020).
Selain itu, BRI juga akan lebih moderat dalam memproyeksikan pertumbuhan kredit yang sebelumnya ditargetkan sebesar 10 persen hingga 11 persen.
Menurutnya, perseroan akan tetap fokus di segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) maupun sektor lain yang masih memiliki potensi tumbuh di kondisi saat ini. Sektor lainnya tersebut, misalnya perdagangan dan jasa kesehatan.
Penyaluran kredit di wilayah-wilayah yang relatif tidak terlalu terdampak seperti luar Jawa juga akan didorong.
"Untuk menjaga kualitas kredit, kami juga berupaya meningkatkan monitoring dan restrukturisasi pada sektor terdampak jika diperlukan," katanya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan industri perbankan untuk menurunkan cost of credit.
Bank dinilai harus memperketat analisis calon debitur hingga menggunakan teknologi seperti big data dan artificial intelligences untuk menekan potensi resiko kredit.
Selain itu, bank juga harus menyesuaikan remunerasi direksi bank karena ditengah situasi ini biaya pegawai harus diefisienkan mulai dari yang atas.
"Cost of credit berpotensi meningkat kalau tidak dilakukan langkah seperti yang di atas," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel