WHO Dukung Lockdown, Tapi Epidemi Tak Otomatis Terhenti

Bisnis.com,26 Mar 2020, 21:04 WIB
Penulis: Newswire
Para anggota staf memeriksa informasi seorang wanita yang kembali dari Hubei (tengah) di Stasiun Kereta Barat Beijing di Beijing, ibu kota China, pada 25 Maret 2020. Kelompok pertama yang terdiri dari 800 lebih orang yang telantar di Provinsi Hubei yang dilanda virus tiba di Beijing pada Rabu (25/3) sore setelah Hubei mencabut larangan perjalanan di seluruh wilayah kecuali ibu kota Wuhan mulai Rabu./Antara-Xinhua

Bisnis.com, JENEWA – Seraya menyebutnya sebagai "kesempatan kedua," kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (25/3) mendesak semua negara di dunia untuk menggunakan kesempatan krusial ini sekarang guna menekan dan menghentikan penularan COVID-19.

Kesempatan ini diciptakan oleh sejumlah negara dan kawasan yang menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown, yang tidak pernah terjadi sebelumnya, guna mengendalikan pandemi COVID-19, ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah taklimat harian. Dia juga mengingatkan bahwa kebijakan tersebut tidak akan otomatis menghentikan epidemi.

Tedros menganjurkan enam aksi penting untuk memungkinkan penerapan kebijakan yang lebih tepat dan terarah.

Tedros secara spesifik meminta semua negara untuk mengembangkan, melatih, dan mengerahkan tenaga di bidang perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat, menerapkan sistem untuk menemukan setiap kasus dugaan di tingkat komunitas, serta meningkatkan produksi, kapasitas, dan ketersediaan pengujian COVID-19.

Dia juga menganjurkan dilakukannya identifikasi, adaptasi, dan penyediaan fasilitas untuk merawat dan mengisolasi pasien, pengembangan rencana dan proses yang jelas terkait karantina untuk orang-orang yang pernah melakukan kontak, serta mengalihkan fokus seluruh jajaran pemerintahan kepada upaya untuk menekan dan mengendalikan COVID-19.

"Berbagai kebijakan ini merupakan cara terbaik untuk menekan dan menghentikan penularan, sehingga ketika pembatasan dihentikan, virus itu tidak akan kembali merebak," papar Tedros sebagaimana dilansir Antara mengutip Xinhua pada Kamis (26/3/2020).

Data perkembangan situasi yang dihimpun WHO menunjukkan bahwa total 416.686 kasus COVID-19 telah dilaporkan di seluruh dunia per Rabu (25/3) pukul 18.00 CET atau Kamis (26/3) pukul 00.00 WIB, dengan virus tersebut telah menyebar ke 196 negara dan kawasan. Total korban jiwa akibat COVID-19 di seluruh dunia melonjak menjadi 18.589.

Di luar China, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 bertambah menjadi 334.817 kasus, dengan 190.000 lebih kasus dilaporkan di empat negara yang terdampak paling parah, yaitu Italia, Amerika Serikat, Spanyol, dan Jerman, yang masing-masing mencatat lebih dari 30.000 kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini