IHSG Meroket 10 Persen, Ini Penjelasan Gubernur BI

Bisnis.com,26 Mar 2020, 14:37 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui streaming di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Laju saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps yang menguat hingga belasan persen mendorong pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan sesi pertama, Kamis (26/3/2020).

Hingga sesi pertama, IHSG naik 9,62 persen atau 378,791 poin ke level 4.316,423. Indeks bergerak dengan menyentuh level terendah 3.935,914 dan tertinggi 4.370,660.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan menguatnya IHSG tidak lepas dari perkembangan positif terkait penanganan virus Corona (Covid-19) di negara maju.

"Penguatan IHSG cukup signifikan. Dua minggu lalu, terjadi tekanan kepanikan pasar keuangan global. Banyak saham hari ini sebagian besar warna hijau," katanya saat siaran langsung melalui Youtube Bank Indonesia, Kamis (26/3/2020).

Dia memaparkan sentimen positif di pasar global terjadi setelah senat Amerika Serikat menyetujui usulan paket stimulus fiskal sebesar US$ 2 triliun. Dari total US$2 triliun, dialokasikan US$110 miliar untuk kesehatan, US$350 miliar untuk UMKM, US$250 miliar untuk tenaga kerja, dan US$500 miliar untuk dunia usaha.

Selain AS, Perry mengungkapkan pemerintah negara maju lain yang mengucurkan stimulus fiskal untuk penanganan wabah Covid-19 antara lain Jerman sebesar 10% dari PDB negara itu atau setara dengan US$860 miliar.

Di sisi moneter, langkah bank sentral Amerika Serikat atau The Fed menurunkan suku bungan sebesar 100 bps hingga mendekati nol persen juga diikuti oleh bank sentral negara lain. The Fed juga menambah injeksi likuiditas pasar keuangan.

Berbagai langkah tersebut merupakan komitmen G20 untuk mengurangi kepanikan investor di pasar keuangan global. Hasilnya berbagai saham di berbagai negara mengalami penguatan

"Saham Dow Jones menguat 2,4 persen, S & P di atas 1 persen, serta saham-saham di negara emerging market. Selain itu, indikator risiko di AS juga turun menjadi 63,9 dari sebelumnya 72," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini