Kemenperin Catat Kebutuhan APD 12 Juta Paket

Bisnis.com,27 Mar 2020, 19:10 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Petugas kesehatan di Spanyol menggunakan kantong sampah sebagai alat pelindung diri saat menolong pasien virus corona Coovid-19./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan empat bulan ke depan kebutuhan alat pelindung diri (APD) medis mencapai 12 juta paket.

Dengan asumsi perhitungan tersebut, potensi permintaan pun dapat bertambah hingga 100 persen - 500 persen. Untuk itu, Kemenperin memetakan potensi industri APD di dalam negeri, termasuk juga industri tesktil yang bersedia memproduksi APD dan masker.

Alat pelindung diri yang dibutuhkan, meliputi pakaian, caps, towel, sarung tangan, pelindung kaki, pelindung tangan dan kacamata pelindung wajah atau goggles.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah telah meminta kepada Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) agar para anggotanya dapat memproduksi masker dan APD.

Hal ini guna memenuhi permintaan domestik yang sedang tinggi, terutama untuk memasok kebutuhan para tenaga kesehatan dalam penangangan pasien yang terpapar virus corona atau Covid-19.

Selain industri APD, pemerintah juga mendorong produsen tekstil di dalam negeri dapat ikut memasok APD dan masker. Sebab, saat ini di Indonesia masih butuh cukup banyak dalam menghadapi penyebaran covid-19 di Indonesia.

"Dalam rangka penanganan Covid-19, diversifikasi produk yang dilakukan industri tekstil menjadi salah satu cara cepat dalam pemenuhan kebutuhan APD dan masker yang sangat tinggi saat ini. Hal ini dapat menjadi solusi untuk mempertahankan kinerja industri tekstil di tengah menurunnya pasar dalam negeri," katanya melalui siaran pers, Jumat (27/3/2020).

Menperin berjanji, akan terus aktif berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan untuk kelancaran izin edar dan impor bahan bakunya. Agus pun memberikan apresiasi kepada para pelaku industri yang berperan membantu pemerintah dalam upaya menekan laju penyebaran virus corona di Indonesia.

"Kami juga meminta kepada industri farmasi agar bisa mengoptimalkan produksi obat atau vitamin yang dibutuhkan saat ini," ujarnya.

Menurut Agus, industri farmasi perlu mengembangkan Obat Modern Asli Indonesia (Fitofarmaka) yang berbasis bahan alam. Sebab, Indonesia punya potensi untuk pengembangan obat tersebut, karena keanekaragaman hayatinya lebih dari 30.000 spesies tanaman.

Bahkan, pemerintah juga mendorong produsen otomotif di dalam negeri untuk bisa memproduksi alat kesehatan, seperti ventilator atau alat bantu pernapasan.

Untuk supply ventilator, lanjut Agus, akan dibuat prototipe sederhana yang dapat diproduksi massal melalui kerja sama antara industri otomotif dengan industri komponen.

Lebih lanjut, salah satu bentuk dukungan kepada pelaku industri agar bisa berproduksi, pemerintah telah menerbitkan stimulus ekonomi kedua berupa pembebasan sementara bea masuk bahan baku industri, kemudahan proses importasi bahan baku, serta penjaminan ketersediaan pasokan pangan strategis.

Sementara itu, Direktur Jendral Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam mengatakan pihaknya telah meminta secara khusus kepada Indonesian Nonwoven Association (INWA) agar anggotanya bisa menyediakan kebutuhan bahan baku untuk produksi APD dan masker.

"Asosiasi Nonwoven Indonesia juga telah diminta untuk memasok kekurangan bahan baku APD dan masker. Sehingga untuk memproduksi APD dan masker tidak ada lagi hambatan kebutuhan bahan baku," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini