Bank Besar Belanja Surat Utang, Mandiri Taspen (Mantap) Pilih Salurkan Kredit  

Bisnis.com,29 Mar 2020, 16:26 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Ilustrasi/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah industri perbankan masih optimistis mampu menyalurkan kredit pada tahun ini meskipun ada opsi penempatan pada surat berharga. PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap), misalnya, mengaku tetap menyalurkan kredit daripada surat berharga. 

Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso mengatakan perseroan akan lebih cenderung menyalurkan dana ke kredit. Apalagi, Bank Mantap memiliki market khusus yakni menyasar pensiunan.

"Kalau boleh milih ya ke kredit tentunya Lebih selektif krn kredit kita segmennya pensiunan," kata Josephus kepada Bisnis, Jumat (27/03/2020).

Menurut Josephus, penempatan dana dalam bentuk surat berharga dilakukan dengan menyesuaikan kondisi likuditas. Meskipun demikian, penempatan surat berharga juga dilakukan Bank Mantap dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Negara (SBI).Berdasarkan laporan kuartal IV/2019 Bank Mantap, penempatan surat berharga yang tersedia untuk dijual adalah sebesar Rp410,267 miliar dan surat berharga yang dimiliki hingga jatuh tempo Rp832,645 miliar.  

Sementara itu, Bank Mantap menyalurkan pinjaman yang diberikan dan piutang adalah sebesar Rp20,316 triliun. Nilai tersebut naik 30,8% menjadi Rp15,525 triliun. Berdasarkan data OJK, pada Februari 2020 pertumbuhan kredit tercatat lebih rendah dibandingkan dana pihak ketiga (DPK). OJK mencatat DPK yang dihimpun perbankan tumbuh sebesar 6,80 persen yoy. Kredit perbankan tumbuh sebesar 5,93 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari 2020.

Sebelumnya, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengakui permintaan kredit perbankan saat ini masih belum kuat. Data Otoritas Jasa Keuangan mencatatkan pertumbuhan kredit Januari 2020 yang tercatat di kisaran 6,1 persen di tengah perlambatan ekonomi domestik pada tahun lalu.

"Potensi penyaluran kredit perbankan pada tahun 2020 ini pun dipekirakan masih tertahan oleh potensi penurunan aktivitas ekonomi domestik baik dari sisi pengeluaran dan produksi yang cukup signifikan sehingga menekan permintaan kredit baru," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini