Peneliti China dan Amerika Kembangkan Sistem Deteksi Corona Berbasis AI

Bisnis.com,01 Apr 2020, 15:19 WIB
Penulis: Newswire
Seorang staf menaruh alat uji asam nukleat di pabrik Luoyang Ascend Biotechnology Co., Ltd di Luoyang, Provinsi Henan, China tengah, pada 4 Maret 2020./Xinhua-Li Jianan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketegangan poltik tidak menghalangi peneliti China dan Amerika untuk bekerjasama menangani virus Corona (Covid-19). Mengutip South China Morning Post, Peneliti dari New York University, Wenzhou Central Hospital, dan Cangnan People's Hospital bekerjasama untuk mengembangkan sistem deteksi dini untuk mereka yang rentan terserang virus Corona.

Sistem yang mereka buat mengandalkan kecerdasan buatan atau Artificila Inteligence (AI). AI tersebut, nantinya, akan menggunakan data-data yang ia miliki untuk memprediksi pasien mana yang kemungkinan akan menunjukkan gejala akut virus Corona. Dengan begitu, pertolongan bisa dilakukan lebih awal, terutama pada pasien dari kategori lansia.

"Walau PR kami masih banyak, sistem yang kami kembangkan tampak menjanjikan. Ini bisa menjadi alat untuk memprediksi pasien mana yang rentan terhadap gejala virus (Corona), di mana akan sangat berguna untuk mereka yang berpengalaman menangani penyakit menular," ujar Megan Coffee, salah satu peneliti penyakit menular dan ketahanan tubuh di NYU, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Rabu (1/4/2020).

Rencananya, sistem deteksi dini ini akan mengandalkan data-data dari NYU, Wenzhou, dan Cangnan dahulu. Dari data-data itu, AI yang mereka gunakan kemudian akan mengukur beberapa hal mulai dari penambahan cairan di dalam paru-paru, gangguan terhadap otot, kadar haemoglobin dan masih banyak lagi. Semua untuk menunjukkan siapa yang paling rentan terserang Corona.

Sejauh ini, sistem tersebut sudah diujicobakan terhadap 53 pasien di Wenzhou, China. Hasilnya positif, sistem AI berhasil memastikan pasien mana yang rentan menderita gejala parah virus Corona. Para peneliti mengklaim keakurasian sistem mereka mencapai 80 persen.

"Kami harap ke depannya sistem ini bisa membantu tenaga medis untuk menentukan pasien mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa diizinkan pulang. Hal ini penting di saat kapasitas rumah sakit menipis (di tengah pandemi)," ujar salah satu peneliti, Anasse Bari.

Sistem yang dikembangkan NYU, Wenzhou, dan Cangnan bukan satu-satunya di dunia. Sistem serupa sedang dikembangkan juga oleh Huazhong University dan Tongji Hospital di Wuhan. Sama seperti sistem buatan NYU cs, sistem ini mengandalkan AI tapi berfokus pada data hasil pengecekan darah.

Hingga berita ini ditulis, total sudah ada 845.197 kasus virus Corona (Covid-19) di seluruh dunia. Jumlah korban meninggal ada 41.478 orang diikuti dengan jumlah orang sembuh sebanyak 168.242. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andya Dhyaksa
Terkini