Karantina Hampir Berakhir, PM Inggris Boris Johnson Masih Alami Gejala COVID-19

Bisnis.com,03 Apr 2020, 11:50 WIB
Penulis: Krizia Putri Kinanti
Sebuah pesan mengingatkan orang-orang untuk menjaga jarak dengan sesama, ditulis di aspal jalan di luar sebuah pub di London, Inggris, Jumat (27/3/2020)./Bloomberg-Hollie Adams

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson masih menunjukkan gejala virus corona hingga sehari sebelum masa karantina manddiri selama tujuh hari yang dianjurkan negara tersebut berakhir. Boris Johnson melakukan karantina mandiri selama satu minggu sejak Jumat lalu sesuai dengan saran dari pihak kesehatan dan telah memimpin pemerintah melalui konferensi video dari flatnya.

Ditanya apakah PM berencana untuk keluar pada hari Jumat ini, seorang juru bicaranya menjawab, "Kami mengikuti pedoman dari Public Health England (PHE) dan dari kepala petugas medis yang menyatakan bahwa Anda perlu mengisolasi diri sendiri untuk jangka waktu tujuh hari, jadi tidak ada perubahan dalam hal itu," ujar juru bicara dikutip dari www.metro.co.uk, Jumat (3/4/2020).

Juru bicara itu menggambarkan gejala Mr Johnson sebagai kasus 'ringan'. PHE menyarankan siapa pun dengan suhu tinggi lebih dari tujuh hari untuk menelepon 111 dan tidak segera kembali ke rutinitas normal mereka serta mengkarantina diri sendiri. Namun, dikatakan kondisi batuk masih dapat bertahan selama beberapa minggu meskipun infeksi telah sembuh, dan tidak berarti orang perlu memperpanjang isolasi diri selama tujuh hari.

Kepala Petugas Medis Pemerintah Inggris Chris Whitty juga terus mengasingkan diri dan belum memberi kabar terbaru tentang kondisinya. Adapun, Sekretaris Kesehatan Inggris Matt Hancock sudah keluar dari masa karantina pada hari ini setelah tujuh hari. Dia memberikan konferensi pers yang menetapkan lima poin rencana untuk meningkatkan pengujian virus corona menjadi 100.000 sampel sehari.

Juru Bicara Johnson mengatakan pemerintah sedang bekerja dengan pemasok untuk mengembangkan tes antibodi, yang akan menunjukkan apakah seseorang telah tertular virus. Dia mengatakan beberapa versi telah diusulkan yang tidak memenuhi tingkat akurasi yang disyaratkan 'dan karena itu tidak akan aman untuk digunakan'. Namun pengumumannya akan dibuat segera setelah tes disetujui.

Dilansir Bloomberg, pada akhir Maret lalu, Perdana Menteri Boris Johnson didiagnosis positif virus corona atau Covid-19. Melalui akun twitternya, Johnson juga mengkonfirmasi bahwa dia telah menunjukkan gejala ringan yang mengharuskannya melakukan tes untuk virus corona.

"Selama 24 jam terakhir saya telah merasakan gejala-gejala ringan dan dites positif untuk virus corona. Saya sekarang mengasingkan diri, tetapi saya akan terus memimpin tanggapan pemerintah melalui konferensi video untuk melawan virus ini," tulisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini